Senin, 30 Agustus 2010

PANJAT TEBING 4

SAFETY 1: PENGGUNAAN PENGAMAN ALAM

Dalam suatu pemanjatan, perhatikanlah keadaan permukaan tebing dengan teliti.
Kemungkinan akan dijumpai yang disebut Natural Runner di sana-sini yang dapat

dimanfaatkan. Pada dinding tebing kadang-kadang terdapat sejenis pohon dengan akar yang "tertanam" kuat di sela-sela atau rejahan tebing. Pohon ini dapat dipergunakan sebagai Natural anchor (tambatan alam) dan Natural runner.

Untuk mempergunakannya, pilihlah pohon yang berdiameter kira-kira minimal 3 cm,
berakar kuat, dan masih hidup. Secara teknis mudah sekali. Anda tinggal mengkaitkan webbing atau sling dan mengkaitkan sebuah karabiner atau biasa disebut cincin kait. Kemudian masukkan tali utama ke dalam cincin kait itu.

Pada rekahan tebing sering pula dijumpai sebuah pecahan batu tebing terjepit dengan kuat (chock stone). Proses ini terjadi secara alami. Pada rekahan yang menyempit ke bawah sebuah pecahan batu tebing terselip dan dengan sendirinya berada pada posisi yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman.
Jika anda memutuskan untuk mempergunakan chock stone ini, perhatikan benar-benar apakah batu yang terjepit tidak goyah oleh sentakan ke bawah kalau anda terjatuh dan jenis batuannya cukup keras sehingga tidak pecah terkena beban jatuh.

Untuk membuat pengaman prinsipnya sama dengan pengaman alam jenis pohon tersebut di atas. Bisa juga dengan cara lain. Tergantung kondisi yang anda hadapi. Untuk itu seorang leader harus kreatif dan di samping faktor lain seperti terampil, terlatih, berani, dan sebagainya.

Pengaman alam bisa juga dibuat dari tonjolan pada permukaan tebing yang cukup kuat.

Biasanya pada permukaan tebing terdapat horn (tonjolan, tanduk), yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman. Meskipun tidakcukup meyakinkan tonjolan kecil masih lebih baik daripada tidak sama sekali.







Suatu ketika dapat terjadi horn yang dijumpai tidak terlalu menonjol dan membulat.

Untuk mengatasi hal ini pergunakan webbing dan ikatan dengan erat agar tidak tergeser dari kedudukannya ketika anda bergerak naik. Karena geseran ikatan dapat terlepas dengan sendirinya, sehingga fungsinya sebagai pengaman hilang.



Tunnel (lubang tembus) dapat terjadi pada tebing-tebing kapur limestone karena
pengaruh perubahan cuaca dan angin. Pada lubang tembus ini pengaman dapat dibuat asal terlebih dahulu diketahui kekuatan batuannya. Masih sering dijumpai lubang tembus ambrol ketika tersentak beban jatuh.



Meskipun anda telah terlatih dalam mempergunakan natural runner atau natural anchor namun hati-hatilah agar risiko kecelakaan dapat diperkecil. lebih-lebih untuk para pemula, yang biasanya cenderung kurang teliti dalam memilih runner yang baik.

SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK

Page: 1/5
(648 total words in this text)
(831 Reads)   Printer friendly page

Sesungguhnya, penggunaan chock sebagai runner pemanjatan tebing mengandung nilai seni yang tinggi. Dengan piton seseorang dapat pula memanjat, tapi dengan sedikit rasa takut, sedikit seni, dan sedikit ketrampilan, meskipun palu yang menghantam mata piton menimbulkan suarabukan merupakan larangan. Dentingan bising dan seolah-olah merupakan suatu paksaan dalam usaha manusia untuk menaklukkan tebing yang dihadapinya. Jika penggunaan piton dalam suatu pemanjatan tebing dibatasi, berarti seseorang itu telah melakukan permainan yang lebih tinggi nilainya daripada menggunakan piton.

Penggunaan chock hanya sebagai pengaman, lain tidak. Sebagai contoh, kita tidak begitu mengalami kesulitan ketika menemui rekahan di tebing berukuran tertentu. Dengan bong (sejenis piton bersudut) rekahan ini mudah diatasi; karena toleransi ukuran bong cukup besar. Tapi dengan mempergunakan chock, gerakan si pemanjat harus lebih-hati-hati dan dengan perhitungan matang, karena pemasangan pengaman jenis ini tidak semudah memasang piton. Kita harus berpikir dua kali sebelum meninggalkan chock yang telah kita pasang sebagai pengaman.


Biasanya para pemula kurang hati-hati dalam menyisipkan chock pada rekahan tebing.

Sehingga sering terjadi chock terlepas dari tempatnya. Di sinilah letak bahayanya; chock tidak lagi berfungsi sebagai pengaman. Untuk mengatasi hal ini salah satu cara yang baik, berlatih dan berlatih dalam menggunakan chock sebagai pengaman. Agar tidak mengudang bahaya yang lebih besar, sebaiknya latihan pemasangan chock dilakukan di tebing yang tidak terlalu tinggi dan banyak memiliki cacat batuan atau rekahan.

Banyak pemanjat tebing yang hanya menggunakan ,chock dalam suatu pemanjatan. Karena menurutnya dengan piton, tebing akan rusak atau cacat dan tidak lagi sesuai dengan keadaan aslinya.

Dengan hanya menggunakan chock sebagai pengaman berarti pada si pemanjat akan dituntut ketelitian, kemahiran, keberanian, dan juga keyakinan untuk dapat mengatasi setiap lintasan yang dipilihnya sendiri.



Ada juga pemanjat tebing yang menggunakan piton dalam pemanjatan, tapi dibatasi hanya pada keadaan di mana chock tidak lagi bisa digunakan sebagai pengaman.



Meskipun chock sudah terpasang dengan benar dan batunyapun cukup kuat untuk dapat menahan beban jatuh, namun masih ada beberapa permasalahan penting yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang leader.

Yang pertama, tubuh. Mengapa? Ketika anda telah memasang chock dengan benar dan cukup kuat untuk menahan beban jatuh, tiba-tiba terlepas akibat terangkat ke atas oleh tali utama. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditambahkan sebuah webbing agar gerakan tubuh ke atas tidak mengganggu kedudukan chock.

Yang kedua, lenturan tali. Seaktu leader terjatuh, tali melentur terkena beban tubuh. Akibat lenturan ini, chock dapat terangkat dan terlepas dari kedudukannya. Untuk itu chock harus diberi back-up (kekuatan tambahan) pada tempat tertentu yang diperkirakan hal ini dapat terjadi, sehingga jika lenturan menyebabkan chock terlepas, masih ada kekuatan cadangan yang menyelamatkan ieader dari bahaya yang lebih fatal.
Yang ketiga, karena tegangan (drag) tali. Ini terjadi jika penempatan chock menyebabkan tali membentuk diagonal satu sama lain atau zig-zag. Karena zig-zag, maka tegangan tali akan menarik chock yang telah terpasang sehingga dapat lepas dari posisinya.



Setiap chock mempunyai nomor urut sesuai dengan ukurannya. Nomor 1 untuk chock yang terkecil dan seterusnya. Ini dimaksudkan untuk memudahkan leader dalam memi!ih ukuran chock yang sesuai dengan besarnya rekahan dan juga memudahkan berkomunikasi dengan "Belayer" (orang yang mengamankan). Pada keadaan tertentu, leader akan lebih mudah menyebut nomor yang dimintanya daripada harus menyebutkan besarnya atau ukurannya.

Memasang chock sebagai pengaman harus diperhatikan benar-benar jenis bantuan dan lebar sempitnya rekahan. Jika pemasangan chock sudah benar dan batuannyapun cukup kuat, maka masih ada kelemahan lain yang menyebabkan kecelakaan, yaitu tali baja atau sling pengikat chocknya terputus oleh suatu sebab. Untuk itu dianjurkan selalu memeriksa semua peralatan yang akan dipergunakan memanjat tebing.

Chock yang mempunyai standar UIAA (Union International des Associations d'Alpinisme), yaitu suatu badan yang mengadakan standarisasi untuk peralatan mountaineering yang berkedudukan di Prancis, dijamin keamanannya jika dipergunakan secara benar dan terawat dengan baik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar