Senin, 30 Agustus 2010

PANJAT TEBING 4

SAFETY 1: PENGGUNAAN PENGAMAN ALAM

Dalam suatu pemanjatan, perhatikanlah keadaan permukaan tebing dengan teliti.
Kemungkinan akan dijumpai yang disebut Natural Runner di sana-sini yang dapat

dimanfaatkan. Pada dinding tebing kadang-kadang terdapat sejenis pohon dengan akar yang "tertanam" kuat di sela-sela atau rejahan tebing. Pohon ini dapat dipergunakan sebagai Natural anchor (tambatan alam) dan Natural runner.

Untuk mempergunakannya, pilihlah pohon yang berdiameter kira-kira minimal 3 cm,
berakar kuat, dan masih hidup. Secara teknis mudah sekali. Anda tinggal mengkaitkan webbing atau sling dan mengkaitkan sebuah karabiner atau biasa disebut cincin kait. Kemudian masukkan tali utama ke dalam cincin kait itu.

Pada rekahan tebing sering pula dijumpai sebuah pecahan batu tebing terjepit dengan kuat (chock stone). Proses ini terjadi secara alami. Pada rekahan yang menyempit ke bawah sebuah pecahan batu tebing terselip dan dengan sendirinya berada pada posisi yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman.
Jika anda memutuskan untuk mempergunakan chock stone ini, perhatikan benar-benar apakah batu yang terjepit tidak goyah oleh sentakan ke bawah kalau anda terjatuh dan jenis batuannya cukup keras sehingga tidak pecah terkena beban jatuh.

Untuk membuat pengaman prinsipnya sama dengan pengaman alam jenis pohon tersebut di atas. Bisa juga dengan cara lain. Tergantung kondisi yang anda hadapi. Untuk itu seorang leader harus kreatif dan di samping faktor lain seperti terampil, terlatih, berani, dan sebagainya.

Pengaman alam bisa juga dibuat dari tonjolan pada permukaan tebing yang cukup kuat.

Biasanya pada permukaan tebing terdapat horn (tonjolan, tanduk), yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman. Meskipun tidakcukup meyakinkan tonjolan kecil masih lebih baik daripada tidak sama sekali.







Suatu ketika dapat terjadi horn yang dijumpai tidak terlalu menonjol dan membulat.

Untuk mengatasi hal ini pergunakan webbing dan ikatan dengan erat agar tidak tergeser dari kedudukannya ketika anda bergerak naik. Karena geseran ikatan dapat terlepas dengan sendirinya, sehingga fungsinya sebagai pengaman hilang.



Tunnel (lubang tembus) dapat terjadi pada tebing-tebing kapur limestone karena
pengaruh perubahan cuaca dan angin. Pada lubang tembus ini pengaman dapat dibuat asal terlebih dahulu diketahui kekuatan batuannya. Masih sering dijumpai lubang tembus ambrol ketika tersentak beban jatuh.



Meskipun anda telah terlatih dalam mempergunakan natural runner atau natural anchor namun hati-hatilah agar risiko kecelakaan dapat diperkecil. lebih-lebih untuk para pemula, yang biasanya cenderung kurang teliti dalam memilih runner yang baik.

SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK

Page: 1/5
(648 total words in this text)
(831 Reads)   Printer friendly page

Sesungguhnya, penggunaan chock sebagai runner pemanjatan tebing mengandung nilai seni yang tinggi. Dengan piton seseorang dapat pula memanjat, tapi dengan sedikit rasa takut, sedikit seni, dan sedikit ketrampilan, meskipun palu yang menghantam mata piton menimbulkan suarabukan merupakan larangan. Dentingan bising dan seolah-olah merupakan suatu paksaan dalam usaha manusia untuk menaklukkan tebing yang dihadapinya. Jika penggunaan piton dalam suatu pemanjatan tebing dibatasi, berarti seseorang itu telah melakukan permainan yang lebih tinggi nilainya daripada menggunakan piton.

Penggunaan chock hanya sebagai pengaman, lain tidak. Sebagai contoh, kita tidak begitu mengalami kesulitan ketika menemui rekahan di tebing berukuran tertentu. Dengan bong (sejenis piton bersudut) rekahan ini mudah diatasi; karena toleransi ukuran bong cukup besar. Tapi dengan mempergunakan chock, gerakan si pemanjat harus lebih-hati-hati dan dengan perhitungan matang, karena pemasangan pengaman jenis ini tidak semudah memasang piton. Kita harus berpikir dua kali sebelum meninggalkan chock yang telah kita pasang sebagai pengaman.


Biasanya para pemula kurang hati-hati dalam menyisipkan chock pada rekahan tebing.

Sehingga sering terjadi chock terlepas dari tempatnya. Di sinilah letak bahayanya; chock tidak lagi berfungsi sebagai pengaman. Untuk mengatasi hal ini salah satu cara yang baik, berlatih dan berlatih dalam menggunakan chock sebagai pengaman. Agar tidak mengudang bahaya yang lebih besar, sebaiknya latihan pemasangan chock dilakukan di tebing yang tidak terlalu tinggi dan banyak memiliki cacat batuan atau rekahan.

Banyak pemanjat tebing yang hanya menggunakan ,chock dalam suatu pemanjatan. Karena menurutnya dengan piton, tebing akan rusak atau cacat dan tidak lagi sesuai dengan keadaan aslinya.

Dengan hanya menggunakan chock sebagai pengaman berarti pada si pemanjat akan dituntut ketelitian, kemahiran, keberanian, dan juga keyakinan untuk dapat mengatasi setiap lintasan yang dipilihnya sendiri.



Ada juga pemanjat tebing yang menggunakan piton dalam pemanjatan, tapi dibatasi hanya pada keadaan di mana chock tidak lagi bisa digunakan sebagai pengaman.



Meskipun chock sudah terpasang dengan benar dan batunyapun cukup kuat untuk dapat menahan beban jatuh, namun masih ada beberapa permasalahan penting yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang leader.

Yang pertama, tubuh. Mengapa? Ketika anda telah memasang chock dengan benar dan cukup kuat untuk menahan beban jatuh, tiba-tiba terlepas akibat terangkat ke atas oleh tali utama. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditambahkan sebuah webbing agar gerakan tubuh ke atas tidak mengganggu kedudukan chock.

Yang kedua, lenturan tali. Seaktu leader terjatuh, tali melentur terkena beban tubuh. Akibat lenturan ini, chock dapat terangkat dan terlepas dari kedudukannya. Untuk itu chock harus diberi back-up (kekuatan tambahan) pada tempat tertentu yang diperkirakan hal ini dapat terjadi, sehingga jika lenturan menyebabkan chock terlepas, masih ada kekuatan cadangan yang menyelamatkan ieader dari bahaya yang lebih fatal.
Yang ketiga, karena tegangan (drag) tali. Ini terjadi jika penempatan chock menyebabkan tali membentuk diagonal satu sama lain atau zig-zag. Karena zig-zag, maka tegangan tali akan menarik chock yang telah terpasang sehingga dapat lepas dari posisinya.



Setiap chock mempunyai nomor urut sesuai dengan ukurannya. Nomor 1 untuk chock yang terkecil dan seterusnya. Ini dimaksudkan untuk memudahkan leader dalam memi!ih ukuran chock yang sesuai dengan besarnya rekahan dan juga memudahkan berkomunikasi dengan "Belayer" (orang yang mengamankan). Pada keadaan tertentu, leader akan lebih mudah menyebut nomor yang dimintanya daripada harus menyebutkan besarnya atau ukurannya.

Memasang chock sebagai pengaman harus diperhatikan benar-benar jenis bantuan dan lebar sempitnya rekahan. Jika pemasangan chock sudah benar dan batuannyapun cukup kuat, maka masih ada kelemahan lain yang menyebabkan kecelakaan, yaitu tali baja atau sling pengikat chocknya terputus oleh suatu sebab. Untuk itu dianjurkan selalu memeriksa semua peralatan yang akan dipergunakan memanjat tebing.

Chock yang mempunyai standar UIAA (Union International des Associations d'Alpinisme), yaitu suatu badan yang mengadakan standarisasi untuk peralatan mountaineering yang berkedudukan di Prancis, dijamin keamanannya jika dipergunakan secara benar dan terawat dengan baik.





PANJAT TEBING 3

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN
Setelah mempelajari teknik memanjat dan menggunakan berbagai jenis pengaman kini anda siap untuk berlatih memanjat dengan mempergunakan tali pengaman. Tali yang dipergunakan biasanya berdiameter 9 mm atau 10 mm. Ada juga yang mempergunakan tali 11 mm. Kedua ujung tali dibuat simpul 8. Simpul pertama digabungkan ke harness orang yang akan bertindak sebagai leader. Simpul kedua digabungkan ke garness orang yang akan menjadi belayer. Perhatikan! Karabiner yang dipergunakan sebagai pengait harus berkunci. Dengan demikian belayer dan leader tergabung dalam satu tali tanpa ada risiko terlepas satu sarna lain.
Sebelum leader bergerak naik, terlebih dahulu belayer harus membuat anchor dengan piton, chock,atau natural anchor. Anchor yang dibuat harus mampu menahan hentakan ke atas jika leader terjatuh. Atau jika sudah berada pada ketinggian tertentu, anchor harus pula diperhitungkan untuk menahan beban hentakan dari atas dan tarikan ke bawah.

Anchor yang dibuat tanpa mempertimbangkan kedua hal diatas dapat membahayakan kedua pemanjat. Peralatan yang dibawa oleh leader hendaknya disesuaikan dengan lintasan yang dipanjat. jangan terlalu memberatkan tubuh dengan membawa peralatan yang tidak perlu. Rajinlah berlatih. Karena dengan sendirinya anda akan dapat meramalkan jumlah dan jenis peralatan yang seharusnya dibawa.




Setelah anchor terhambat dengan kuat barulah leader mulai memanjat. Berilah pemberitahuan terlebih dahulu kepada belayer agar ia siap menjaga anda. Pilihlah hold yang memungkinkan untuk bergerak dengan seimbang dan pasti. Berkonsentrasilah pada apa yang sedang anda lakukan. Bergeraklah dengan hati hati.

Jika sudah berada 2 atau 3 meter di atas belayer segeralah pasang runner untuk mengamankan gerakan selanjutnya. Masukkan main rope ke dalam karabiner yang terpasang.
Pada saat memasukkan main rope, perhatian harus terpusat pada pegangan yang hanya satu tangan. Setelah main rope terkait barulah leader sedikit lebih am an dari beberapa menit sebelumnya. Jika ia tiba-tiba terjatuh, ia tidak lagi akan menghempas dasar tebing di bawahnya. Belayer akan mengamankan dengan tali yang sudah ditahan oleh sistem pengaman yang dipergunakannya.
Pemasangan runner yang ideal untuk keamanan berjarak 2 atau 3 meter satu sama lain. Misalnya jarak dari runner terakhir 3 meter, maka jika leader terjatuh jarak ini di kali dua dan ditambah jarak akibat lenturan tali dan tali yang kendur. Jika runner tersebut ambrol maka jarak jatuh akan bertambah dua kali dari jarak runner dibawahnya. 
Untuk itu, segeralah memasang runner tanpa harus memperhitungkan mudah sulitnya lintasan. Pada lintasan mudahpun bahaya tetap mengancam. Baik karena terpeleset, tertimpa batu, pegangan ambrol, atau pun terkejut oleh tokek, ular, dan kalajengking yang kerap ditemui di tebing-tebing. Setiap kali memasang runner periksalah terlebih dahulu apakah sudah cukup am an dengan cara menyentakan dari berbagai arah. Setelah yakin dengan kekuatannya barulah leader bergerak ke atas.
Pemasangan runner harus memperhatikan lancar tidaknya main rope agar gerakan tidak terganggu. Salah satu cara untuk memperlancar main rope ialah dengan memanjat pada lintasan yang lurus. Atau, jika lintasan tidak lurus, usahakan menjaga tali agar tetap lurus dengan menambahkan webbing atau sling.
Pilihlah lintasan yang tidak terlalu sulit sebelum menguasai teknik pemanjatan dengan baik. Berlatihlah terus. Sedikit demi sedikit alihkan latihan pada lintasan yang semakin sulit. Yang penting, penguasaan teknik dahulu. jangan tergiur untuk memanjat ke tebing yang tinggi sebelum kemampuan teknis anda cukup memadai.
Setelah mencapai suatu teras tidak harus sepanjang tali akhirilah pemanjatan. Segeralah buat dua atau lebih anchor untuk mengamankan anda dan rekan yang akan naik.

Pastikan bahwa anchor itu mampu menahan berat badan anda berdua. Setelah aman beritahulah rekan anda untuk naik. Kini anda yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Tariklah tali sedemikian hingga tegang, karena akan.memberi keleluasaan rekan anda sewaktu mencabut piton atau chock yang terpasang. Selain itu, juga untuk menjaga aga ia tidak terlalu jauh bila terjatuh. Tali yang kendur akan menyentak dengan keras apabila tiba-tiba rekan anda jatuh.

Dalam panjat tebing dikenal istilah yang berfungsi sebagai kode atau pemberian aba-aba yang disebut "climbing calls". Sedikit banyak ini penting diketahui sebab komunikasi antara leader dan belayer haruslah tepat dan jelas terdengar serta singkat. Komunikasi yang tidak lancar bisa berakibat fatal bagi keduanya. Di bawah ini diberikan istilah yang penting untuk diketahui bukan dimaksudkan untuk gagah-gagahan oleh pemanjat tebing. Walaupun bahasa kita mungkin bisa dipergunakan, tapi tidak berlaku universal.Off Belay: Teriakan leader untuk memberitahukan pada belayer bahwa ia sudah tidak memerlukan pengamanan dari belaayer lagi. Leader sudah memasang anchor dan aman.
Belay Off: Jawaban belayer terhadap "off belay". Kini, ia boleh melepas anchor belay.
Slack: Kendurkan tali. leader atau belayer bisa mempergunakan istilah ini untuk mengendurkan tali pada kasus tertentu.
Up Rope / Pull: Kencangkan tali. Leader atau belayer memberi kode agar tali ditegangkan.
Taking In: Leader berteriak untuk menyatakan bahwa ia menarik tali ke atas (biasanya setelah leader sampai di teras, tali masih bersisa beberapa meter).
That's Me: Jawaban orang kedua apabila tali telah habis sampai mentok di harnessnya.
On Belay: Leader memberi kode pada orang kedua bahwa ia sudah diamankan.
Climb (Climb When You're Ready): Leader memerintahkan orang kedua untuk memanjat sambil bersiap mengamankannya.
Climbing: Leader (orang kedua) memberi kode bahwa ia siap memanjat.
OK: Orang kedua (leader) siap mengamankan pemanjatan. 
Dalam pemanjatan kadang-kadang puncak tebing dapat dijangkau oleh panjang tali standar (45m). Tetapi, kadang-kadang tali tidak mencukupi karena puncak tebing lebih dari panjang tali standar.
Untuk itu, ada dua teknik dalam pemanjatan. Yang pertama, Single Pitch Climbs (pemanjatan tahapan tunggal atau satu tahap) dan Multi Pitch Climbs (pemanjatan secara bertahap).
Untuk lebih jelas, pelajarilah gambar di bawah ini:




































































TEKNIK TURUN TEBING
Bayangkan kini anda berada di puncak tebing yang curam. Untuk turun, tentu tidak merayap kembali. Suatu teknik yang dipergunakan untuk menuruni tebing dengan memanfaatkan gaya gesekan, baik tubuh, maupun alat bantu khusus, disebut rapelling atau juga abseiling.
Teknik ini perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh. Banyak pendaki yang tewas sewaktu menuruni tebing dengan repelling. Biasanya karena kelalaian dalam pemasangan anchor

Sebelum yakin anchor yang terpadang kuat jangan turun dahulu. Ceklah achor dengan menggantunginya beberapa saat dengan pengaman tali pada anchor lainnya. Setelah yakin barulah tali dilempar ke bawah. Buatlah simpul pada ujung tali yang dilempar agar apabila tidak sampai ke permukaan tanah atau teras, anda tetap tertahan oleh simpul tadi.
Teknik pertama, teknik yang klasik. Tali langsung berhubungan dengan tubuh. Untuk itu diperlukan pakaian yang tebal agar tubuh tidak lecet atau mendapat luka bakar. Teknik ini perlu diketahui karena siapa tahu peralatan yang anda bawa terjatuh semua. Teknik ini disebut Classic rappel/Body rappel.

Teknik kedua mempergunakan sling dan sebuah karabiner. Sling dikaitkan pada paha kemudian kaitkan sebuah karabiner. Setelah itu, tali dimasukkan ke dalam karabiner.
Untuk mengontrol lajunya, tali dilewatkan dari puncak. Teknik ini disebut sling rape.
Sebuah teknik lagi, masih ada teknik lain, yang penting diketahui, teknik menuruni tebing dengan alat bantu khusus Figure Eight Descender atau jenis lainnya (Allain Descender atau Fameau Descender).


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menuruni tebing;
1. Bawalah sepasang tali dengan diameter 5 atau 6 mm. Gabungkan tiap tali dengan simpul nelayan sehingga terbentuk loop. Kalungkan di leher. Apabila tali yang dituruni tergantung pada overhang atau tidak sampai ke dasar tebing, anda dapat mempergunakannya sebagai prusik guna meniliti tali naik ke atas kembali.
2. Buatlah simpul pada ujung tali. Apabila oleh suatu hal anda tidak dapat mengontrol kecepatan turun, simpul itu akan menyelamatkan anda.
3. Orang yang turun pertama kali setelah sampai pada teras atau dasar tebing harus mencek apakah tali dapat ditarik ke bawah. Kadang-kadang tali terjepit di celah yang dilewatinya atau karena penempatan anchor yang salah.
4. Turunlah secara perlahan-perlahan. jangan melompat-lompat seperti pasukan komando. Gerakan berlebihan bisa mempengaruhi kekuatan anchor dan dapat berakibat fatal. Selain itu, dengan bergerak perlahan, anda akan lebih mudah mengontrol titik pendaratan.
5. Gerakan selalu karabiner yang berkunci agar lebih aman. Karena apabila tali membelit karabiner biasa ia akan terbuka.
6. Untuk keamanan, gunakan sling atau webbing yang masih kuat pada anchor.

Rapelling, teknik yang sangat penting sebagai pembendaharaan pemanjat tebing ataupun pendaki gunung. Selain itu, juga cepat, menyenangkan, dan aman apabila berhati-hati.
Berlatihlah pada tebing yang tidak terlalu curam dan tidak terlalu tinggi. Gunakan selalu sepasang sarung tangan agar telapak tangan tidak terbakar.





PANJAT TEBING 2

DASAR MEMANJAT TEBING

Jika tidak terbiasa dengan latihan ini biasanya pemanjat akan grogi lebih-lebih di medan yang belum dikenalnya manakala cuaca tiba-tiba berubah buruk, misalnya.

Pentingnya penggunaan kaki sudah cukup untuk di ketahui. Kini kita beralih dengan penggunaan tangan.

Fungsi Tangan
Fungsi tangan tidak kalah penting daripada kaki. Secara alami tangan sudah terlatih sejak kecil untuk memegang. Ini yang memungkinkan tangan lebih cepat dapat dilatih daripada kaki.

Pada latihan, usahakan sebanyak mungkin menggunakan seluruh jari tangan untuk memegang atau menekan, karena pada suatu saat kita akan dihadapkan pada situasi di mana hold atau crack hanya cukup untuk dua jari. Tanpa latihan yang baik kesulitan ini akan menghambat gerakan selanjutnya.

Selagi memanjat, batasi jangkauan tangan agar keseimbangan tidak terganggu. Tentu saja suatu saat kita harus menjangkau hold atau crack yang cukup jauh. Pada situasi seperti ini bergeraklah dengan hati-hati. Pastikan bahwa pijakan dan pegangan sudah mantap.

Pemula lebih cenderung mempergunakan kekuatan tangan untuk memanjat tanpa memperhatikan penting nya penempatan kaki. Meskipun kaki tetap berpijak tetapi biasanya "ngambang". Apalagi jika pijakannya kecil. Hal ini disebabkan ketidak yakinan untuk berpijak. Akibat hal ini, tangan cepat kehabisan tenaga.

Yang penting untuk diperhatikan oleh para pemula pada waktu memanjat ialah bagaimana menempatkan kaki, pegangan dan menjaga keseimbangan agar kelelahan pada tangan dapat teratasi.

Dalam pemanjatan terdapat bermacam-macam teknik yang lazim dipergunakan dalam menghadapi medan tertentu, yaitu:

Handholds
handholdsHold ada bermacam-macam bentuk, ukuran dan posisi. Yang perlu diingat, kemampuan mengkombinasikan gerakan memanjat dengan mempergunakan handhold dan foothold (pijakan kaki) dengan baik dan benar, sesuai dengan titik keseimbangan posisi yang dihadapi pada saat itu.

Pegangan terbaik bagi pemanjat, jika keseluruhan jaritangannya dapat berpegang. Pegangan semacam Ini disebut handhold atau jug handle. Pegangan semacam ini
menambah keyakinan si pemanjat untuk bergerak lebih lanjut. Memang bisa dikatakan pegangan semacam inilah yang merupakan "surga" bagi pemanjat tebing.





 

Fingerholds
fingerholdsHold yang lebih kecil dari handhold, dimana jari-jari hanya menempel kira-kira satu ruas, disebut fingerhold. Pada fingerhold usahakan merapatkan jari-jari ke permukaan tebing dengan man up, sehingga seluruh kekuatan dapat terpusat ke ruas jari yang berpegangan pada hold. Cara ini mencegah jari-jari terpeleset dari hold.








Pinchgrip


Pada suatu ketika akan ditemui jenis pegangan yang untuk memegangnya harus "mencubit" dengan menekankan jari-jari dan ibu jari pada arah yang berlawanan.
Biasanya pinchgrip berada pada posisi miring dan vertikal.

Undercling
Dasar teknik ini, tekanan tangan dan kaki pada arah yang berlawanan. Tangan berpegang pada "bibir" crack atau tonjolan batu yang menghadap ke bawah dengan tarikan ke atas. Sementara itu kaki menekan dengan mantap di dinding tebing. Akibat tarikan tangan yang memberi gay a ke atas kaki dapat tertekan ke dinding tebing. Untuk bergerak lebih lanjut, jaga agar posisi ini tetap mantap sebelum tangan yang satu dilepas untuk mencari pegangan yang lain.

Yang perlu diperhatikan pada posisi ini, ialah titik keseimbangan. Usahakan sedemikian hingga titik keseimbangan tetap terkontrol meskipun hanya dengan satu tangan yang memberi gaya tarikan.



macam-macam han jammacam-macam hand jam





Jamming

Pada tebing-tebing batu sering dijumpai crack yang terlalu lebar untuk dapat dipakai sebagai pijakan atau pegangan. Untuk mengatasi crack semacam ini dipergunakan teknik khusus yang disebut jamming. Dasar teknik ini dibagi dua: jepitan tangan (hand jam) dan jepitan kaki (foot jam). Dengan cara menempatkan kaki atau tangan ke dalam crack agar terjepit, maka akan timbul gaya gesekan antara kaki atau tangan dengan tebing. Cara menempatkan kaki atau tangan tergantung pada kondisi crock itu sendiri.

macam-macam foot jam







Layback

Teknik ini dipergunakan pada crack vertikal ataupun tonjolan vertikal di tebing yang cukup panjang. Prinsip teknik ini hampir sarna dengan undercling, hanya saja lebih banyak tenaga yang terkuras akibat panjangnya medan yang harus dilalui.

Gerakan kaki dan tangan harus berirama. Artinya, gerakan hanya satu per satu dan kompak. Jika tangan bergerak, maka yang lain tetap di tempat. Setelah tangan mantap berpegang, satu per satu kaki digerakkan keatas.

Meskipun teknik ini menguras tenaga, namun suatu saat akan diperlukan. Untuk itu latihlah teknik layback ini. Tidak harus di tebing, di pagar besipun bisa dilakukan. Dan kalau diteliti dengan cermat, sesungguhnya banyak sarana dapat kita pergunakan untuk berlatih. Baik itu di rumah, di gedung sekolah maupun di cabang pohon, cabang yang kuat. Hilangkan kebiasaan menuntut fasilitas yang sempurna untuk latihan. Yang terpenting ialah semangat.

Chimney
Pada kondisi tertentu akan dijumpai sebentuk cerobong (Chimney) di tebing. Untuk dapat memanjatnya dipergunakanlah teknik khusus yang disebut chimney.Prinsip gerakannya, memanfaatkan tekanan antara anggota tubuh dan tubuh ke dinding tebing. Untuk lebih
mudah, pelajarilah gambar di disamping.




























PANJAT TEBING 1

PANJAT TEBING - INTRODUKSI

Olah raga memanjat tebing sebenarnya merupakan bagian dari Mountaineering yang majemuk. Namun demikian pada masa sekarang, belum ada sumber yang menyebutkan kapan dimulai, panjat tebing seolah-olah berdiri sendiri. Terlepas dari Mountaineering. Maka muncullah para tokoh yang menspesialisasikan pada kegiatan memanjat tebing semata, antara lain, Patrick Edlinger dari Perancis, ataupun Royal Robins dari Amerika, dan banyak lagi lainnya.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan Mountaineering harus pula bisa memanjat tebing. Tetapi, seorang pemanjat tebing tidak harus menginjakkan kakinya di puncak gunung. Memang agak sulit menerima pendapat ini. Apalagi sekarang ini, orientasi pemanjat tebing bukan hanya lintasan yang sulit namun sudah berorientasi ke puncak gunung yang bertebing. Maka sebaiknya hal ini tidak usah dipermasalahkan. Yang jelas, olah raga panjat tebing terus berkembang sebagai olah raga "mahal", karena nyawa sebagai taruhannya, yang bisa dilakukan sendiri ataupun bagian dari Mountaineering.
Dalam olah raga ini, penemuan lintasan baru merupakan buah penemuan yang patut dihargai. Tanpa harus mempersoalkan sulit atau tidaknya lintasan yang ditemukan. Walaupun secara umum lintasan baru itu dianggap mudah, namun terdapat perbedaan yang menyolok sekali antara si pemanjat yang sedang menyabung nyawa di lintasan itu dengan orang lain yang memberikan penilaian terhadap lintasan itu sambil duduk santai di warung kopi ataupun di teras rumah.
Seperti halnya olah raga lain yang berbahaya maka pada diri seorang pemanjat tebing juga dituntut keberanaian, ketelitian, kemampuan berpikir, dan bertindak dalam pada saat kritis, kekuatan fisik yang baik, dan penguasaan terhadap teknik yang benar. Tanpa semua aspek tersebut maka pemanjatan tebing merupakan arena "bunuh diri" semata.
Betapa bahagianya seorang pemanjat tebing yang berhasil melewati lintasan tanpa mendapat cidera sedikitpun. Barangkali, kebahagiaan ini bisa dianalogikan dengan kebahagiaan penerjun payung yang berhasil membuka payung dan menginjak bumi kembali pada sasaran.

PANJAT TEBING - LATIHAN FISIK
Pada prinsipnya olah raga memanjat tebing (rock climbing), olah raga yang menuntut kekuatan dan ketahanan otot tubuh. Selain itu, faktor lain ialah keberanian, ketenangan, kelenturan tubuh, dan teknik yang benar. Memanjat tebing melibatkan hampir seluruh otot tubuh. Mulai dari otot jari, otot lengan, otot punggung, otot perut, sampai otot kaki.
Untuk melatih seluruh otot tubuh dan mempertinggi daya tahan, diperlukan program latihan yang teratur dan berkesinambungan. Dengan program ini diharapkan kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance) atlet pemanjat (climber) bertambah baik secara bertahap.
Salah satu cara terbaik untuk menambah kekuatan dan daya tahan yang biasa dilakukan oleh atlet pemanjat tebing ialah berlatih lari teratur dengan menerapkan program latihan yang telah disusun. Penulis mempunyai suatu program latihan yang hasilnya cukup memadai dan pernah diterapkan ketika mempersiapkan pendakian pegunungan Alpen yang pertama, 1985, dan yang kedua, 1986. Secara teratur penulis latihan lari pada siang hari dengan jarak yang bervariasi.
Mengapa siang hari? Pada siang hari lapisan udara dipermukaan tanah ataupun jalan aspal menjadi lebih renggang dibandingkan dengan lapisan udara diatasnya akibat sinar matahari. Ini berarti kadar oksigen juga menipis. Keadaan ini sama dengan keadaan di gunung yang tinggi. Pada gunung yang tinggi sering kali diperlukan tabung oksigen untuk membantu pernapasan.
Dengan berlatih siang hari maka paru-paru akan dipaksa bekerja lebih keras menghisap udara berkadar oksigen rendah. Pemaksaan ini menyebabkan kemampuan paru-paru dalam menghisap udara semakin besar. Peningkatan kemampuan paru-paru berpengaruh terhadap daya tahan organ tubuh manusia. Semakin banyak kadar oksigen dapat dihisap dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui proses pembakaran, semakin baik daya tahan tubuh seseorang.
Tabel Program Latihan Lari

Jarak (meter)
Waktu (menit)
Frekuensi/Minggu
1600
8.30 - 9.30
1x
2400
12.00 - 13.00
1x
3200
17.00 - 18.00
1x


Mengingat olah raga ini menuntut kekuatan otot tubuh, terutama tangan, maka selain berlatih lari juga diperlukan latihan memperkuat otot. Caranya ialah dengan latihan beban (weight training). Latihan beban dapat dilakukan dengan dua cara :
1. memanfaatkan berat tubuh sendiri seperti pull-up, push-up, dan bergelantungan dengan kedua tangan.
2. dengan bantuan peralatan seperti barbel dan dambel.

Untuk lebih mudahnya, ikuti petunjuk latihan beban dibawah ini yang disusun dalam satu seri latihan dengan selang istirahat 2 menit untuk setiap jenis latihan yang dilakukan. Diharapkan, setelah menjalankan program ini selama beberapa waktu, jarak istirahat semakin diperpendek. Dan latihan dapat dilakukan lebih dari dua seri, sampai akhjirnya kemampuan tangan dalam menahan beban semakin besar.
Program latihan bagi para pemula


jenis latihan
banyaknya
selang istirahat
pull-up
5x
2 menit
push-up
10x
2 menit
sit-up
10x
2 menit



Setelah merasa mampu, tingkatkan latihan beban dengan cara mempersingkat selang istirahat dan memperbanyak tiap jenis latihan. Kemudian buatlah beban untuk latihan pull-up. Beban ini bisa diuat dari pasir yang dimasukkan ke kantong atau besi pemberat yang diketahui beratnya.Gantungkan dengan tali ke tubuh setiap kali latihan pull-up. Guna latihan ini untuk melatih kemampuan otot tangan dalam mengangkat beban berat. Latihan dilakukan bertahap dengan berat beban yang semakin bertambah.












sit-uppush-up


melatih jari-jari tangan


melatih otot lengan dan dadamelatih ujung kakimelatih kelenturan pinggang


Selain lari dan latihan beban, ada sebuah metode latihan yang efektif yaitu dengan membuat tebing tiruan dari batu yang ditempelkan pada dinding ataupun dengan melubangi dinding. Inilah yang disebut dengan Climbing Wall, memanjat tembok.
Climbing Wall merupakan sarana latihan yang mudah dibuat dan bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menambah kekuatan otot, daya tahan, dan meningkatkan ketrampilan pemanjat tebing. Dengan Climbing Wall seseorang dapat meningkatkan frekuensi berlatihnya mengingat Climbing Wall dapat dibuat di sembarang dinding. Baik dinding kamar ataupun dinding pagar.

Climbing Wall

Yang perlu diperhatikan dalam membuat Climbing Wall, yaitu penempatan batu dan lubang pada dinding. Hendaknya diusahakan agar Climbing Wall yang dibuat tidak hanya melatih satu gerak memanjat yang monoton. Variasi penempatan batu dan lubang akan lebih terasa manfaatnya.
Meskipun frekuensi berlatih di Climbing Wall tinggi namun jangan lupa bahwa cara terbaik untuk memanjat tebing ialah memanjat tebing yang sesungguhnya.Climbing Wall ganya berperan sebagai penunjang. Kesulitan yang didapat di Climbing Wall dapat diatur menurut selera pembuat tentu berlainan dengan kesulitan di tebing yang sesungguhnya.

DASAR MEMANJAT TEBING

Sebagian orang berpendapat bahwa kaki merupakan titik utama yang harus diperhatikan dalam memanjat tebing. Sebagai contoh, ketika menaiki anak tangga yang disandarkan di dinding dengan posisi miring. Disini kedua tangan boleh dikatakan hanya berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh. Posisi ini membuat kedua tangan tidak menerima beban berat tubuh.

Jika kekuatan kedua tangan dipergunakan untuk menaiki anak tangga, artinya memberi beban pada keduatangan tanpa peduli akan tumpuan kedua kaki di anaktangga yang sudah stabil, maka dalam jarak yang tidakterlalu jauh tenaga akan terkuras habis dan tangan menjadi tegang.
posisi pemanjat yg baik
Prinsip ini juga berlaku pada waktu memanjat tebing. Kebanyakan pemula cenderung mempergunakan kedua tangan sebagai titik tumpuan yang utama tanpa percaya pada kedua kaki sebagai penumpu berat tubuh di tebing. Yang perlu diperhatikan oleh para pemula ketika memanjat tebing ialah kombinasi antara kekuatan tangandengan penempatan titik keseimbangan. Gunakan sebaik mungkin setiap hold (pegangan, pijakan) yang ada.

Batasi penggunaan tangan hanya untuk pengatur keseimbangan tubuh. Kecuali pada tempat tertentu yang menuntut kekuatan tangan semata. Penempatan kaki yang baik bukan saja menghemat tenaga, tapi juga menjadikan gerakan si pemanjat lebih indah dipandang mata.

posisi salah
Sebagai pemula, berlatihlah di tebing yang tidak terlalu curam dan rendah. Untuk menjaga keamanan, pastikan bahwa batuannya tidak labil, tidak mudah runtuh. Berlatihlah secara teratur dan hati-hati; ini yang penting diperhatikan. Biasanya pemula cenderung untuk tergesa-gesa dalam bergerak di tebing, akibatnya sering terjadi kecelakaan. Selain itu, pemula cenderung untuk memanjat tebing yang tinggi karena dianggap mudah tanpa menghiraukan sistem pengaman pemanjatan (belaying system). Mereka. pemula, bangga jika dapat mencapai puncak tebing lewat rute mudah tanpa tali pengaman. Padahal inilah kecenderungan yang salah dan berbahaya.

Pada waktu berlatih, pelajarilah cara penempatan kaki pada hold dan crack (rekahan di permukaan tebing). Pertimbangan pertama dalam hat penempatan kaki adalah gerakan selanjutnya. Penempatan kaki yang "pas" akan membantu keseimbangan dan memantapkan ge rakan selanjutnya. Pertimbangan kedua, melalui insting sehingga kita dapat bergerak dengan alami dari hold dan crack yang satu ke yang lain. Gerakan insting ini hanya dapat terangkai dengan baik apabila dilatih terus-menerus dan teratur.

Jika kebetulan menemui hold yang tipis dan tajam seperti sisi meja, pergunakan sisi sepatu teristimewa jika mempergunakan sepatu khusus panjat tebing sehingga kontak antara kaki dan tebing semakin banyak. Dengan cara ini pula kaki akan lebih rapat ke tebing. Dalam ke-
adaan ini kecenderungan kaki untuk menekuk pada gerakan selanjutnya berkurang sehingga memperkecil kemungkinan terpeleset.

Pada tempat yang membulat dan miring (rounded), usahakan agar tumit tetap rendah dan. di bawah horisontal hold semacam itu. Posisi ini akan membuat pijakan semakin mantap dan subil karena gaya gesek tapak sepatu menjadi maksimal. Untuk itu, latihlah tumit dengan cara berjingkat-jingkat atau membengkok-bengkokkannya.




Cara berpijak pada hold yang miring


cara berpijak pada hold yang miringUntuk melatih tangan dan kaki pada hold yang tipis, carilah slab (tebing licin dan hampir rata tetapi tidak curam) agar mampu menguasai teknik penggunaan tangan dan kaki pada berbagai macam bentuk dan ukuran hold.

Pemula cenderung meraih hold atau crack yang terlalu jauh dan di luar jangkauan normal, akibatnya ia harus "ngotot" dan mengeluarkan banyak tenaga. Tidak jarang keseimbangan menjadi terganggu. Jika kaki atau tangan digerakkan terlalu jauh bukan tidak mungkin titik keseimbangan tergeser, karena tumit ikut terangkat.Akibat lebih jauh dati tergesernya keseimbangan, terpaksa "terjun" bebas ke bawah.



Bagi pemula meraih pegangan yang terlalu jauh bisa berakibat fatal

Seorang pemanjat yang baik dapat diibaratkan gerakannya sebagai gerakan seekor kucing tanpa bersuara dan cekatan.Jika kita sudah mampu Inelakukan itu, hal ini berarti sudah melakukan hal yang benar. Untuk bergerak seperti itu, pilihlah hold dengan hati-hati. Kemudian tempatkan kaki dan tangan pada posisi yang benar serta mantap, tanpa menimbulkan suara berisik, tanpa kegaduhan, dan tanpa melakukan gerakan yang tidak perlu.

Ada "aksioma" yang berlaku dalam olahraga panjat tebing, yaitu "tiga kuat satu mencari". Tiga dimaksudkan sebagai tumpuan yang kuat di tebing dan satu sebagai pencari tumpuan. Dua tangan berpegang kuat dan mantap, satu kaki berpijak dengan mantap pula. Posisi seperti ini memungkinkan satu kaki yang lain bergerak untuk mencari pijakan. Untuk memindah kan tangan, maka dua kaki berpijak dengan mantap dan satu tangan berpegang kuat. Begitulah seterusnya.

Sebelum bergerak, pastikan bahwa posisi sudah mantap. Pada posisi seperti ini jika salah satu pijakan atau pegangan terlepas oleh suatu hal, keseimbangan tubuh masih terjaga kecuali jika posisinya "dua kaki satu tangan", maka pegangan terlepas, akan mengakibatkan kecelakaan. Ini penting diperhatikan karena pemula sering membua( gerakan yang tidak perlu, sehingga kehilangan keseimbangan dan bisa berakibat fatal.

Untuk melatih agar trampil ddlam mempergunakan tangan dan kaki, berlatihlah di slab atau di tebing yang banyak terdapat crack, meskipun crack dan hold yang kita jumpai hanya cukup untuk menempatkan ujung sepatu.

Bicara tentang jenis pegangan dan pijakan, maka crack merupakan jenis yang terbaik buat pemanjat tebing. Crack bisa terjadi pada permukaan tebing karena proses alami. Crack yang terjadi bisa miring, horisontal dan vertikal. Namun demikian, kesulitan dapat terjadi pada waktu mempergunakan crack sebagai pijakan. Kaki yang terjepit sukar dilepaskan dari crack ketika akan bergerak naik atau menyamping (traverse). Apalagi jika crack itu miring dan sepatu terjepit dengan keras oleh gerakan kita di crack. Untuk itu penempatan kaki pada crack perlu diperhitungkan dengan cermat.
Teknik Menuruni Tebing
teknik menuruni tebing tidak curamMeskipun kita mempelajari berbagai teknik memanjat, namun yang tidak boleh dilupakan ialah teknik menuruni tebing dengan merayap. Ini perlu, mengingat pada kasus tertentu kita "dipaksa" oleh tebing untuk melakukan gerakan turun ini. Tanpa berlatih khusus teknik menuruni tebing, suatu saat kesulitan akan menghadang ketika kita.menuruni tebing yang telah kita panjat. Kesulitan ini karena tidak dapat melihat hold atau crack di bawah kita.

Untuk dapat menuruni tebing, posisi tubuh harus dijaga agar tetap seimbang. Agar lebih mudah, bergeraklah ke samping. jangan tegak lurus, sebab akan sulit melihat hold atau crack di bawah kita. Gerakan menyamping ini lebih aman daripada langsung ke bawah meskipun kadang-kadang sulit untuk menempatkan kaki pada hold atau crack. Apalagi jika tebing cukup curam.











teknik menuruni tebing curam

PERJALANAN / PENDAKIAN

PERJALANAN / PENDAKIAN

Mendaki gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar, berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.

Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua). Mereka adalah Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta Fred Atabe dari Jepang. Pada tahun yang sama, perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung mulai lahir, dimulai dengan berdirinya perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI di Bandung dan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) di Jakarta, diikuti kemudian oleh perkumpulan-perkumpulan lainnya di berbagai kota di Indonesia.

JENIS PERJALANAN / PENDAKIAN

Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan.
Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering terbagi menjadi tiga bagian :

1. Hill Walking / Fell Walking
Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan khusus yang bersifat teknis.

2. Scrambling
Pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak begitu terjal atau relatif landai, kadang-kadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya dipasang tali untuk pengaman jalur di lintasan.

3. Climbing
Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik khusus. Peralatan teknis diperlukan sebagai pengaman. Climbing umumnya tidak memakan waktu lebih dari satu hari.

Bentuk kegiatan climbing ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Rock Climbing
Pendakian pada tebing-tebing batu yang membutuhkan teknik pemanjatan dengan menggunakan peralatan khusus.
b. Snow & Ice climbing
Pendakian pada es dan salju.

4. Mountaineering
Merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian di atas. Waktunya bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping harus menguasai teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dll.

KLASIFIKASI PENDAKIAN

Tingkat kesulitan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung dari pengembangan teknik-teknik terbaru. Mereka yang sering berlatih akan memiliki tingkat kesulitan / grade yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang baru berlatih.

Klasifikasi pendakian berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi (berdasarkan Sierra Club) :
Kelas 1 : berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki khusus (walking).
Kelas 2 : medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu keseimbangan sangat dibutuhkan (scrambling).
Kelas 3 : medan semakin sulit, sehingga dibutuhkan teknik pendakian tertentu, tetapi tali pengaman belum diperlukan (climbing).
Kelas 4 : kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan piton untuk anchor/penambat (exposed climbing).
Kelas 5 : rute yang dilalui sulit, namun peralatan (tali, sling, piton dll), masih berfungsi sebagai alat pengaman (difficult free climbing).
Kelas 6 : tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah rongga atau gaya geser yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aid climbing).

SISTEM PENDAKIAN

1. Himalayan System, adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp, dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan berhasil.

2. Alpine System, adalah sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.

PERSIAPAN BAGI SEORANG PENDAKI GUNUNG

Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain :

1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

2. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.

3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.

4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.

12 KEBIASAAN DARI BEBERAPA SURVIVOR YANG SUKSES

12 KEBIASAAN DARI BEBERAPA SURVIVOR YANG SUKSES

Dalam suatu krisis, beberapa orang akan terbebani. Sebagian ada yang menyerah untuk berharap, mengapa? Laurence Gonzales mempelajari ratusan dari kasus-kasus yang menunjukkan sesuatu dengan tepat mengenai sikap dan strategi dari beberapa orang yang menolak untuk mati.

Saya telah mempelajari beberapa kecelakaan selama kurang lebih 30 tahun. Pertama, sebagai pilot yang juga wartawan, saya berkonsentrasi pada kecelakaan pesawat terbang. Kemudian, ketika ketertarikan saya beralih pada paddling, climbing dan travelling ke tempat-tempat terpencil, saya mulai mempelajari beberapa kecelakaan yang terjadi pada kegiatan alam terbuka. Silahkan Anda sebut saya sebagai orang yang tidak berperasaan, tetapi bagi saya membaca laporan kecelakaan-kecelakaan tersebut seperti membaca komedi bisu (bisu, karena orang-orangnya sebagian besar meninggal).

Saya mencari pengertian mengapa beberapa orang meninggal dengan cepatnya dalam keadaan survive ini. Secara mengejutkan, saya menemukan kengerian yang sama pada beberapa orang yang bertahan hidup dalam keadaan sulit yang sangat ekstrim, kasus-kasus ini saya sebut “deep survival.”

Pada dasawarsa dan beberapa abad, terpisah melalui budaya, geografi, ras, agama dan tradisional, beberapa survivor yang sukses menunjukkan pola yang sama dari pikiran dan tindak tanduk yang mengarah pada transformasi keagamaan yang sama dalam mempertahankan hidup mereka. Satu kali kamu pernah melewati hujan salju, kapalmu karam atau kamu tersesat di hutan atau tanganmu terjepit saat boulder, sebagian besar menyangkut mental, berikut adalah cerita yang berhubungan dengan hal tersebut di atas, sebagian besar adalah kisah sebenarnya yang pernah dialami oleh beberapa survivor yang berhasil kembali dari perjalanan yang hampir membuat mereka mati.

ATURAN PENYELAMATAN DIRI DALAM KEADAAN BERBAHAYA

1. PERCAYA DIRI
Orang yang dapat menyelamatkan diri tidak terjebak pada perangkap ketakutan yang mematikan, yaitu ketakutan yang tidak termobilisasi atau penyangkalan terhadap ketakutan. Banyak orang yang seharusnya selamat dalam tragedi World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 tewas, karena mereka hanya diam dengan patuh untuk menunggu pertolongan dan bukan berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Dan banyak diantara mereka yang dikuasai rasa panik. Panik disini tidak selalu berarti berlari kesana-kemari dengan menjerit-jerit, namun bisa berarti diam dengan tidak melakukan apapun . Para penyelidik kecelakaan pesawat sering menemukan bahwa para penumpang ternyata ditemukan mati dengan keadaan masih terikat erat di tempat duduk mereka. Orang yang dapat menyelamatkan diri sebaliknya menyadari keadaan mereka, “Saya benar-benar dalam keadaan yang membahayakan diri saya dan saya akan berusaha untuk menyelamatkan diri saya.”

Dalam lima menit pertama sejak kecelakaan terjadi, sang korban dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran yang penting. Presepsi dan fungsi kognitif seseorang yang dapat menyelamatkan diri berada dalam tingkat yang tinggi saat ia menghadapi bahaya. Dengan dipacu oleh ancaman atas nyawanya, seseorang yang dapat menyelamatkan diri mengetahui keadaan sekitar mereka sampai ke hal-hal yang terkecil, selain itu merekapun meyakini naluri mereka. Joe Simpson, seorang pemanjat tebing dari Inggris yang baru saja menjejakkan kaki di gunung berketinggian 21.000 kaki di negara Peru, terjatuh dan mengalami patah kaki. Hal pertama yang muncul dalam benaknya adalah mungkin dia hanya keseleo. Tetapi beberapa saat kemudian dia berkata pada dirinya sendiri,”Kakiku patah, aku akan mati.” Orang yang dapat menyelamatkan dirinya tidak menyangkal kebenaran. Hanya dengan menyadari luka yang dia alami, Simpson mampu untuk menjalani tantangan yang mengerikan di hadapannya.

2. TETAP TENANG
Dalam keadaan yang kritis, orang yang dapat menyelamatkan diri tidak dikuasai oleh rasa takut tapi mereka akan memanfaatkan rasa takut tersebut. Rasa takut yang mereka rasakan seringkali berubah menjadi rasa marah yang akan memotivasi mereka dan membuat mereka dapat berpikir dengan cerdik. Aron Ralston, seorang pemanjat gunung yang harus memotong tangannya untuk melepaskan diri dari batu besar yang telah menjepitnya di sebuah lembah celah di Utah, semula menjadi panik dan membantingkan tubuhnya ke batu yang telah menjepit tangannya. Tapi dia segera berhenti melakukan hal tersebut dan menarik nafas panjang untuk kemudian memperhatikan pilihan-pilihan yang dia miliki. Dia menghabiskan waktu hingga lima hari untuk dapat meyakinkan dirinya untuk menentukan apa yang harus dia lakukan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Seseorang yang dapat menyelamatkan dirinya sangat mneyadari bahwa mereka harus tetap tenang. Mereka harus berusaha menghindar dari emosi ingin memberontak yang terlalu meluap-luap.

Dan dengan menghadapi keadaan genting, mereka juga dapat mengatasi penderitaan yang mereka rasakan dengan baik. Dalam buku In Touching The Void, Joe Simpson mengungkapkan penderitaan yang dia hadapi di Peru. Dia menulis bahwa dia dapat “menyesuaikan diri dengan rasa sakit terus menerus yang dia rasakan” yang disebabkan oleh kakinya yang terluka dan patah yang menjadi penghalang baginya untuk dapat menuruni gunung tersebut. James Stockdale, seorang pilot tempur yang ditembak jatuh di Vietnam dan menghabiskan waktu delapan tahun di Hanoi Hilton, julukan bagi camp penjaranya, yakin bahwa “dengan membiasakan diri dengan rasa sakit” adalah alat yang paling penting bagi orang yang dapat menyelamatkan dirinya, “Anda harus mengalami rasa sakit. Tidak boleh ada kata tidak.”

3. BERPIKIR, MENGANALISA, MERENCANAKAN
Orang yang harus menyelamatkan diri dalam jangka panjang dengan cepat akan mengorganisir, menentukan rutinitas yang harus mereka lakukan dan menetapkan disiplin. Dalam kelompok orang-orang yang sedang menyelamatkan diri, akan muncul seorang pemimpin. Seorang yang menyelamatkan diri seorang diri seringkali mengisahkan bahwa mereka mendengar sebuah suara yang mengendalikan situasi mereka. Sementara fenomena mendengar suara dapat mengindikasikan turunnya kondisi mental di dalam kedaan tertentu, hal tersebut juga mudah dijelaskan dalam dua fungsi otak : emosi dan akal. Dalam kasus-kasus tertentu dengan bahaya yang sangat fatal, emosi seringkali mengambil alih. Tapi seorang yang dapat menyelamatkan diri mengesampingkan emosi dan membiarkan akal yang bekerja dan mereka membuat diri mereka menjadi dua pribadi yang berbeda dimana mereka akan melaksanakan ide yang menurut mereka masuk akal.

Steve Callahan, seorang pelaut dan pembuat kapal, sedang dalam pelayaran tunggal di samudera Atlantik di tahun 1982 saat kapalnya tiba-tiba mengalami masalah dan mulai tenggelam. Terombang ambing selama 76 hari di atas sebuah sekoci seluas lima kaki, dia melakukan pelayaran penyelamatan dirinya dengan dipimpin oleh seorang “kapten” yang memberi perintah kepadanya dan menjaganya di saat dia sangat membutuhkan air minum. Bahkan saat dia ingin memberontak. “Kapten”nya dengan rutin melatih “kru” tersebut. Sehingga dalam kendali yang sangat ketat ini dia mampu menyingkirkan pikiran bahwa situasinya tidak mempunyai harapan. Dia harus terombang-ambing sejauh 1800 mil di dataran Karibia dan mengambil langkah-langkah pertama yang harus dilakukan dengan pikiran yang jernih dalam mencapai penyelamatan dirinya, juga menganalisa situasinya dan memformulasikan perencanaan yang akan dia jalani.

4. MENGAMBIL TINDAKAN
Orang yang menyelamatkan diri mau mengambil resiko untuk menyelamatkan diri mereka dan orang lainnya. Namun mereka pun berani dan menyadari apa yang akan mereka lakukan.
Callahan tidak mengerti mengapa kapalnya yang kecil tiba-tiba dipenuhi dengan air, mungkin terbentur oleh ikan paus. Tapi saat kapal tersebut mulai tenggelam dia tidak hanya diam memandang kapalnya dengan rasa tidak percaya. Dengan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan diri, dia masuk ke dalam kabin yang gelap dan telah dipenuhi air untuk dapat mengambil barang-barangnya yang berharga. Dia muncul kembali dengan membawa “tas alat-alat darurat” berisi survival gear dan sleeping bag nya yang basah, dimana jika tanpa alat-alat tersebut dia tidak dapat menyelamatkan dirinya.

Lauren Elder, adalah satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di dataran tinggi Sierra, California. Terdampar di puncak dengan ketinggian 12.000 kaki, dengan satu lengan yang patah, dia dapat melihat lembah Saint Joaquin di bawahnya, tapi dia terpisah oleh alam liar yang luas dan tebing es yang menyeramkan.

Dengan hanya mengenakan rok panjang, sebuah kemeja, dan sepatu boot dengan hak setinggi dua inci, dia merangkak “dengan kedua tangan dan kakinya” seperti yang dia katakan kemudian, ”menjaga keseimbangan di antara lempengan es, meninju dengan tangan dan kakinya.”
Dia harus memanjat tebing selama 36 jam, suatu hal yang tampak mustahil baginya. Namun Elder hanya memikirkan batu yang didepannya selangkah demi selangkah. Orang yang dapat menyelamatkan dirinya dapat memecahkan apa yang mereka lakukan setahap demi setahap sesuai dengan apa yang dapat mereka lakukan.

Merekapun terobsesi untuk dapat melakukannya dengan baik (Elder selalu menguji terlebih dahulu setiap pijakan yang akan dia lewati sebelum dia melangkah maju dan sering mengambil waktu untuk beristirahat. Orang yang dapat menyelamatkan diri berusaha hanya membuat sedikit kekeliruan. Mereka hanya melakukan apa yang sesuai dengan kekuatan mereka dalam waktu tertentu dari jam ke jam dari waktu ke waktu.

5. RAYAKAN KEBERHASILAN ANDA
Orang yang dapat menyelamatkan diri akan mendapatkan sukacita yang luar biasa dengan pencapaian yang mereka raih, sekecil apapun itu. Hal tersebut dapat menghindarkan mereka dari rasa putus asa yang mematikan dan menjaga mereka untuk terus termotivasi. Sukacita juga melepaskan diri mereka dari stuasi yang mengancam yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Elder berkata bahwa saat telah berhasil menuruni lereng es pertama, dia memandang ke atas lereng tersebut dan hampir tidak percaya atas apa yang telah dia lakukan, dia berkata pada dirinya sendiri, ”Lihat apa yang telah kamu lakukan.” Saya berseru keras hingga terdengar hingga ke lereng di bawah saya. Bahkan dengan lengannya yang patah, Elder merasakan rasa senang yang luar biasa menjadi teman setianya dalam perjalanannya untuk menyelamatkan dirinya. Hitunglah apa yang kamu miliki, kamu masih tetap hidup.

6. JADILAH ORANG YANG MENYELAMATKAN BUKAN MENJADI KORBAN

Orang yang menyelamatkan diri selalu melakukan hal yang sama bagi orang lain, bahkan jika orang tersebut berada ratusan mil jauhnya. Saat penulis Antone de Saint Exupery terdampar di gurun Libya setelah pesawat ekspedisinya mengalami kerusakan mesin, dia memikirkan apa yang akan terjadi dengan istrinya jika dia menyerah dan tidak kembali.

Yossi Ghinsberg seorang pendaki gunung kebangsaan Israel, tersesat di hutan Bolivia lebih dari dua minggu setelah terpisah dengan teman-temannya. Dia berhalusinasi bahwa dia ditemani seorang wanita cantik yang selalu menemaninya setiap malam dalam perjalanannya. Apapun yang dia lakukan, dia lakukan bagi wanita tersebut.

7. MENIKMATI PERJALANAN UNTUK MENYELAMATKAN DIRI
Nampaknya hal ini bertolak belakang dengan keadaan yang ada, namun dalam situasi yang paling sulitpun, orang yang dapat menyelamatkan dirinya menemukan sesuatu yang dapat dinikmati, sesuatu yang dapat dia lakukan. Penyelamatan diri dapat berarti penantian yang membosankan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Elder tertawa terbahak-bahak saat dia menyadari betapa dia takut bahwa seseorang akan melihat ke dalam roknya saat dia memanjat tebing. Bahkan saat kapal Callahan tenggelam, dia hanya berhenti tertawa saat dia harus menyelipkan pisau di mulutnya saat harus menaiki rakit seperti seorang bajak laut.

Uji coba yang dilakukan dengan bermain dalam kedaan yang genting juga akan menghasilkan penemuan dan penemuan akan menghasilkan teknik atau strategi yang baru yang akan menyelamatkan anda. Saat melewati tebing yang hampir vertikal di Peru, Joe simpson menciptakan irama saat dia mengayunkan kapaknya, menjatuhkan tangannya yang lain ke atas permukaan es dan lalu melakukan lompatan yang mengerikan dengan kakinya yang masih sehat. “Saya dengan cermat terus mengulang pola irama tersebut,” tulisnya, “Saya mulai merasa terlepas dari keadaan di sekeliling saya.”

Menyanyi, membayangkan permainan, mengingat puisi, menghitung dan mencoba menemukan solusi matematika yang sulit, akan membuang rasa jenuh karena menunggu dan akan membuat situasi jadi lebih menyenangkan, bahkan saat ada rasa takut yang mengancamnya. Di dalam penjaranya, James Stockdale menulis, ”Orang yang melewati tragedi seperti ini dengan banyak puisi yang dapat diingat adalah orang yang mempunyai karunia.”

Orang yang dapat menyelamatkan diri mengatur masa kritis yang dia alami hampir seperti seorang olahragawan dengan olahraga yang dia tekuni. Mereka terikat pada jimat-jimat. Mereka menemukan hal yang hanya dirasakan oleh seorang yang ahli, “zona” dimana emosi dan akal saling seimbang untuk menghasilkan satu tindakan yang dapat berubah-rubah.

8. MELIHAT KEINDAHAN
Orang yang menyelamatkan diri terpesona dengan keajaiban dunia mereka, khususnya saat menghadapi bahaya kematian. Ungkapan kekaguman akan keindahan, perasaan terpesona, membuka kesadaran akan keadaan di sekitar mereka (saat anda terpesona oleh sesuatu yang indah, pupil mata anda akan membesar). Debbie Kiley dan empat orang lainnya terombang ambing di lautan Atlantik, setelah kapal mereka tenggelam dalam badai pada tahun 1982. Mereka tidak mempunyai persediaan makanan, tidak mempunyai air minum dan dapat saja mati. Dua orang diantara mereka meminum air laut dan mulai menjadi gila. Ketika salah seorang dari mereka melompat dari papan ke laut, segera dia dimakan oleh ikan hiu di bawah papan mereka. Kiley merasa jika dia memandang terus ke laut, maka diapun dapat menjadi gila, maka dia berkata pada dirinya sendiri, “Lihat ke langit, disana tampak sangat indah.”

Saat pesawat Saint Exupery terjatuh di gurun, dia menyadari bahwa dia dalam bahaya, namun dia berkata dalam hati : ”Disini kita berada, akan mati, namun kematian tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan yang saya rasakan. Sukacita yang saya dapat dari setengah buah jeruk yang saya genggam adalah sukacita yang terbesar yang pernah saya rasakan.”

9. MENYERAHKAN DIRI
Ya, anda pasti akan mati. Dalam kenyataanya, anda akan mati, semua orang akan mati walaupun mungkin tidak harus hari ini. Di hari ketiga saat dia terjepit di dalam jurang, Ralston telah kehabisan makanan dan air minum dan dia tahu bahwa dia akan mati jika dia tidak dapat melepaskan dirinya. Namun hal tersebut membawanya menjadi tenang bukan menjadi merasa menderita. “Saya menerima kematian dengan rasa damai,” katanya. Dalam berbagai cara, fase perjalanan penyelamatan bersama berhubungan dengan tahap-tahap kematian dijelaskan dalam buku yang terkenal o­n Death and Dying (Dalam Menghadapi Kematian) ditulis oleh Elizabeth Kublerloss adalah penyangkalan, kemarahan, penawaran, depresi, dan penerimaan. Hanya dengan menerima kematian, banyak orang yang menyelamatkan diri mengatakan bahwa mereka mampu untuk berjuang dan bertahan hidup. Salah seorang psikolog dalam hal penyelamatan diri menyebutkan “Menyerahkan tanpa menyerah. Penyelamatan diri dilakukan oleh orang yang menyerahkan diri.”

10. YAKIN BAHWA ANDA AKAN BERHASIL
Dalam perjalanan tahap selanjutnya, orang yang menyelamatkan diri mendapat semangat dari keyakinan bahwa dia akan selamat. “Selama dua hari berakhir pada saat saya terjepit di jurang,” kenang Aron Ralston, “Saya merasa sebuah energi yang sangat meningkat memasuki diri saya walaupun waktu itu saya telah kehabisan makanan dan minuman.” Segera setelah itu, dia menemukan kekuatan untuk memotong tangannya yang telah mati. Elder juga menemukan kekuatan ketika waktu terus berjalan : ”Saat itu seolah-olah saya telah mendapatkan energi yang tidak ada batasnya.”

11. LAKUKAN APAPUN YANG PERLU DILAKUKAN
Elder memanjat dan menuruni tebing es dan batu karang tanpa alat-alat dan pengalaman. Simpson menyeret kakinya yang patah sejauh bermil-mil untuk kembali ke posnya. Ralston memotong tangannya sendiri untuk membebaskan dirinya. Orang yang menyelamatkan diri memiliki apa yang disebut para psikolog sebagai pengetahuan-meta: Mereka mengetahui kemampuan mereka, dan tidak merendahkan atau melebih-lebihkannya. Mereka yakin bahwa segala seuatu adalah mungkin dan karena itu mereka harus bertindak.

Mereka seringkali mengucapkan sebuah mantera untuk menolong mereka, saat Yossie Ghinsberg hilang di hutan Bolivia, ia menuliskan,”Ketika saya putus asa, saya membisikkan mantera di telinga saya ”Lelaki sedang beraksi, lelaki sedang beraksi, “ saya tidak tahu darimana saya mendapatkan kata-kata tersebut…saya ulangi terus kata-kata tersebut : ‘Seorang lelaki yang beraksi dapat melakukan apapun yang harus dia lakukan dengan tidak takut dan khawatir.’”

12. TIDAK PERNAH MENYERAH
Saat kantung oksigen Apollo 13 meledak dalam perjalanannya ke bulan pada tahun 1970, tampaknya kru yang ada dalam pesawat itu berada di ambang kematian. Komandan James Lovell memutuskan untuk terus menyampaikan semua data ke pusat kendali bahkan jika pesawat tersebut terbakar dalam perjalanan pulang. Callahan, Elder, Ghinsberg, Kiley, Ralston, Saint Exupery, Simpson, Stockdale –semuanya sama-sama menentukan dan mengetahui kebenaran akhir ini – jika kamu tetap hidup, masih ada yang dapat kamu lakukan.

Orang yang menyelamatkan diri tidak mudah dilemahkan oleh kemunduran. Saat mereka merasa bimbang, mereka akan mendorong diri mereka untuk melakukan sebuah proses dari awal kembali. Mereka menjaga diri mereka untuk tetap bersemangat dengan mengembangkan sebuah alternatif yang diciptakan dari daya ingatan yang kaya, dimana mereka dapat menyelamatkan diri. Mereka melihat kesempatan dalam kesengsaraan. Dalam keadaan yang buruk, orang yang dapat menyelamatkan diri dapat belajar dan menyukai uji coba yang mereka alami. Elder mengatakan, ”Saya tidak akan menjual perjalanan yang saya alami dengan apapun. Bahkan kadang-kadang saya merindukannya. Saya merindukan kejelasan dalam mengetahui dengan tepat apa yang harus saya lakukan selanjutnya.”

Mereka yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya dunia ini, baik itu dalam permainan, bisnis ataupun perang, melalui penyakit atau tragedi akan melakukannya melalui suatu perubahan. Tetapi hal tersebut tidak muncul begitu saja saat dibutuhkan. Hal tersebut muncul dari pengalaman seumur hidup, sikap dan tindakan yang kita lakukan yang membentuk kepribadian seseorang, pusat dimana kekuatan yang dibutuhkan bersumber. Pengalaman penyelamatan diri adalah anugerah yang tidak dapat dibandingkan, dan akan menunjukkan siapa sebenarnya anda.

Kemampuan yang harus dimiliki penggiat alam bebas

Penggiat Alam Bebas Perlu Miliki Beberapa Kemampuan


Masa liburan biasanya digunakan oleh banyak anggota pencinta alam untuk mendaki gunung. Namun beberapa kali kita melihat atau mendengar musibah yang dialami para pendaki gunung. Banyak musibah menimpa para pendaki di gunung tertentu akibat hilang atau tersesat hingga menimbulkan kematian. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Mendaki gunung sebagai kegiatan di alam bebas perlu disadari betul sebagai kegiatan yang berisiko tinggi. Sebab terjadi perubahan penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kita datangi. Dari kehidupan di perkotaan yang nyaman dan aman dengan segala fasilitasnya, menuju lingkungan dengan kondisi yang ekstrem. Biasanya kita bermukim di rumah yang nyaman dan sejuk, terhindar dari panasnya matahari, dinginnya malam dan hujan serta tidur di ranjang yang empuk dengan selimut yang menghangatkan. Belum lagi dengan makanan dan minuman yang cepat tersedia dari para pembantu di rumah maupun di tempat jajanan.
Semua itu akan berubah drastis jika kita mendaki gunung. Perbekalan selama mendaki kita bawa dalam ransel yang berat termasuk peralatan dan perlengkapan lainnnya. Tenda untuk berteduh harus didirikan untuk menghindari dinginnya suhu di ketinggian serta angin dan hujan yang sewaktu-waktu datang dengan tiba-tiba. Makanan dan minuman juga harus diolah terlebih dahulu sebelum kita menikmatinya. Belum lagi dengan kondisi lingkungan dalam perjalanan. Hutan yang lebat serta jalan yang menanjak dan tak jarang kita harus melewati pinggiran tebing dengan jurang yang dalam. Dengan situasi seperti itu jelas diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang sebelum kita mendaki gunung dengan nyaman.
Seorang pakar pendidikan alam terbuka, Collin Mortlock, mengatakan bahwa para penggiat alam bebas harus memiliki beberapa kemampuan dalam berkegiatan. Kemampuan itu adalah kemampuan teknis yang yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi penggunaan perlengkapan. Sebagai contoh, pendaki harus memahami ritme berjalan saat melakukan pendakian, menjaga keseimbangan pada medan yang curan dan terjal sambil membawa beban yang berat serta memahami kelebihan dan kekurangan dari perlengkapan dan peralatan yang dibawa serta paham cara penggunaannya.
Lalu, kemampuan kebugaran yang mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam. Berikutnya, kemampuan kemanusiawian. Ini menyangkut pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi/kemauan, percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisis diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.

Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukan pendakian, apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok, ia harus dapat menempatkan diri sebagai anggota kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.
Tak kalah penting adalah kemampuan pemahaman lingkungan. Pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan spesifik. Wawasan terhadap iklim dan medan kegiatan harus dimiliki seorang pendaki. Ia harus memahami pengaruh kondisi lingkungan terhadap dirinya dan pengaruh dirinya terhadap kondisi lingkungan yang ia datangi.
Keempat aspek kemampuan tersebut harus dimiliki seorang pendaki sebelum ia melakukan pendakian. Sebab yang akan dihadapi adalah tidak hanya sebuah pengalaman yang menantang dengan keindahan alam yang dilihatnya dari dekat, tetapi juga sebuah risiko yang amat tinggi, sebuah bahaya yang dapat mengancam keselamatannya.

BAHAYA DI HUTAN DAN GUNUNG

BAHAYA DI HUTAN DAN GUNUNG

Kelompok-kelompok Bahaya di Hutan dan Gunung.

1. Bahaya Objectif

a) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain); Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.

b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);

• Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :
- Dapat menimbulkan penyakit.
- Dapat menularkan penyakit.
- Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
- Beracun bila dimakan.
- Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
- Binatang besar pemangsa.
- Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.

• Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : '
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi.
- Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
- Mengandung racun bila dimakan.

Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.

c) Iklim dan Cuaca
Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :
• Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.
• Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.
• Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.
• Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme

d) Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut "Death Zone" dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it...?)

e) Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.

f) Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
- Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
- Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.
- Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.
- Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya.
- Dan contoh lainnya.

g) Kondisi Sosial Budaya
"Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya", demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.

2. Bahaya Subjektif
a. Kondisi Kebugaran (fitness)
Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu.

b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills)
Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.

c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)
Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana "sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita". Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya.

d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills)
Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya.

3. Nasib Buruk dan Baik
Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.

Membuat Bivak

Rumah Sementara di Padang Belantara

Bivak tempat berteduh dan bermalam di belantara. Sepintas lalu memang terkesan seadanya. Membuat tempat perlindungan jadi penting ketika terjadi hal-hal darurat. Padahal, bivak tak hanya dibuat ketika darurat saja, tetapi juga dipakai pada saat membuat camp sementara. Faktor kenyamanan juga turut berbicara di sini. Pastinya, membuat bivak tidak ada bedanya dengan kita membuat rumah dalam kehidupan sehari-hari. Dan jangan lupa, sering-sering berguru pada masyarakat lokal dan suku-suku di pedalaman.

Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membuat bivak, yaitu jangan sekali-kali membuat bivak pada daerah yang berpotensi banjir pada waktu hujan. Di atas bivak hendaknya tak ada pohon atau cabang yang mati atau busuk. Ini bisa berbahaya kalau runtuh. Juga jangan di bawah pohon kelapa karena jatuhnya kelapa bisa saja terjadi tiba-tiba.

Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan.
Menurut N.S. Adiyuwono, seorang penggiat alam terbuka, bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam-macam. Ada yang dibuat dari ponco (jas hujan plastik), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun-daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan angin, hujan atau panas.

Selain bahan yang bermacam-macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya.

Sebagai contoh, o­ne man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang panjangnya kira-kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok. Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita.

Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, Adiyuwono mewanti-wanti agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya.

Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat-tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan-bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk. (SH/bayu dwi mardana)

Seputar Tenda

Tempat Berlindung Terbaik di Alam Bebas


SALAH satu perangkat penting yang harus kita bawa bila berkegiatan di alam bebas adalah tempat berteduh yang cukup nyaman untuk melindungi badan dan barang kita dari air. Sekarang ada banyakjenis tenda dijual di pasaran yang bisa di bawa untuk menyamankan perjalanan kita.

SEMENJAK tenda pertama dikenalkan pada dekade tahun 1970-an, hampir semua tenda menggunakan desain tenda kubah (A-frame) dengan satu frame kaku di tengah tenda. Tetapi, sekarang kita akan sangat sulit menemukan tenda dengan jenis seperti tersebut di toko-toko peralatan alam bebas. Karena semenjak ditemukannya frame lentur yang
bisa di bengkokkan maka desain tenda juga berubah sesuai tuntutan zaman. Frame bersifat fleksibel membuat ruang yang tercipta di dalam tenda menjadi lebih luas, ada ruang beranda dan pintu masuk ke ruang utama yang cukup lebar dengan total berat yang lebih ringan.

Akan tetapi, dalam memilih tenda kita harus dihadapkan pada dua pertanyaan dasar: pada kondisi sesering apa tenda yang kita bawa akan kita gunakan dan berapa orang yang akan tidur di dalamnya.

Tidak mengejutkan bila ternyata tenda yang paling populer digunakan adalah tenda berkapasitas dua orang. Dengan desain yang lebih mungil dan dimensi yang lebih ringkas, tenda jenis ini juga sangat efisien dalam luas yang di perlukan juga ringan dibawa.

Tetapi, kadangkala kita menemukan tenda kapasitas dua orang ini bisa dimasuki lebih dari tiga orang maksimal empat orang. Jadi, jika kita merencanakan hidup di alam bebas lebih dari satu minggu kita harus mempertimbangkan kapasitas tenda lebih dari standar yang ada pada tenda.

Jujurlah pada diri Anda sendiri. Apabila Anda hanya ingin pergi berkemah ke gunung dengan keadaan suhu yang tidak terlalu ekstrem maka tidak perlulah membawa tenda yang di desain khusus untuk pergi ekspedisi ke K-2, karena selain mahal harganya juga desainnya terlalu berlebihan. Dan hal lain yang perlu dipikirkan juga, akan terasa lebih nyaman bila tenda yang kita bawa memiliki ruangan serambi di depan ruang utama yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Bentuk tenda

Ada bermacam-macam bentuk tenda yang sekarang di jual bebas. Bentuk tenda yang berbagai macam tersebut ternyata juga memiliki penempatan yang berbeda pula. Bentuk tenda dome yang seperti bola terpotong setengah dan tenda berjenis tunnel (terowongan) bisa dibawa untuk kondisi berkemah sepanjang tahun di pegunungan-pegunungan tropis seperti di Indonesia. Sedangkan tenda dengan bentuk geodesic lebih diperuntukan untuk gunung-gunung salju dan ekspedisi-ekspedisi besar di Himalaya. Tenda jenis kubah (A-Frame) lebih baik dipergunakan untuk kondisi anggota tim berjumlah banyak. Jadi kembali ke pertanyaan pertama di atas kondisi seperti apa yang akan Anda hadapi di lapangan sangat berpengaruh pada jenis tenda yang akan Anda bawa.

Frame tenda merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan juga. Material yang digunakan sebagai bahan dasar frame tenda tergantung dari kondisi bagaimana yang akan dihadapi di lapangan. Frame dari bahan fibreglass berharga lebih murah tetapi cenderung merusak kain tenda dan mudah goyah bila terkena angin keras, juga mudah pecah. Tenda yang menggunakan frame jenis fibreglass ini sering kita temukan di tenda-tenda jenis dome dan tunnel yang diperuntukkan di gunung-gunung tropis. Frame aluminium mungkin merupakan alternatif yang lebih baik, karena berbahan dasar yang lebih awet dan lebih kuat dalam menghadapi cuaca buruk.

Bermalam di bawah nylon

Sebagian tenda yang diproduksi saat ini kebanyakan berbahan dasar nylon. Bahan dasar nylon yang ringan juga cepat kering serta lebih tahan lama dibandingkan bahan katun. Tetapi, kelemahannya bahan nylon sangat mudah rusak bila sering terkena sinar ultra violet dari Matahari. Sehingga banyak perusahaan industri ini yang berpikiran untuk melapis bahan tersebut dengan bahan lain untuk meminimalkan efek merusak dari sinar Matahari, tapi kenyataan yang ada di puncak gunung dengan sinar matahari yang langsung mengenai tenda tidak juga membuat bahan nylon yang didobel lebih tahan. Jadi lebih baik gunakan bahan pelapis yang murah tetapi tebal saja untuk melindungi tenda Anda dari sinar Matahari.

Tenda-tenda sekarang juga banyak yang dipadukan dengan katun di bagian dalamnya. Karena bahan katun dapat mengeluarkan uap panas tubuh dari dalam tenda ketimbang seluruh tenda yang berbahan dasar nylon. Jadi, bila bahan tenda Anda secara keseluruhan berbahan dasar nylon pastikan tenda tersebut memiliki sistem ventilasi yang baik, sebelum Anda merasa sangat gerah di dalamnya sepanjang malam.

Salah satu cara mudah untuk menjaga sistem ventilasi di tenda Anda adalah membuka pintu lebar-lebar. Lebih baik bila tenda Anda memiliki pintu di kedua sisinya yang diperuntukkan keluar dan masuknya udara. Membuka pintu tenda bisa jadi merupakan ide yang buruk bila ada binatang masuk ke dalam tenda. Tetapi, ini bisa diantisipasi bila pintu tenda anda memiliki pintu berbahan kelambu yang juga dapat di tutup mengikuti jahitan pintu tenda. Dan bahan kelambu ini harus dijahit pada bagian luar pintu tenda sehingga bila kita ingin membuka pintu tenda dari dalam tidak perlu dua kali bekerja.

Lapisan dasar tenda haruslah dijahit menyambung dengan bagian badan tenda. Ini untuk menghindarkan penghuni tenda mengalami basah pada waktu malam karena embun atau air. Banyak perusahaan kini menambal jahitan pada tenda dengan menggunakan tempelan seperti
isolasi (tape) untuk mencegah air masuk melalui lubang jahitan. Beberapa tenda tidak dilengkapi dengan tempelan tersebut, sehingga anda perlu untuk menempelkannya sendiri. Alas tenda dapat di buat dari bahan dasar nylon tebal seperti bahan neophrene dengan maksud untuk membuat tidur Anda senyaman mungkin. Tetapi, lebih baik belilah tenda dengan alas nylon tebal dan kemudian tambahkan bagian dasar tenda dengan plastik atau bagor untuk menjaga alas tenda dari guratan dan cabikan karena batu pepohonan kecil. Juga jangan lupa gunakan alas tidur seperti matras yang mudah dibawa agar istirahat kita lebih terasa nyaman. 

Bagian serambi tenda

Tenda yang baik haruslah juga yang memiliki serambi di bagian depannya. Ada beberapa tenda yang memiliki bagian serambi yang sedemikian besarnya hingga bisa digunakan sebagai tempat untuk tidur tambahan. Tenda yang memiliki dua pintu salah satunya pasti memiliki serambi yang bisa digunakan sebagai tempat barang atau tempat untuk memasak. Jika Anda memilih untuk memasak di dalam serambi tenda karena cuaca yang sangat buruk ingatlah bahwa bahan dasar tenda adalah barang yang sangat mudah terbakar dalam beberapa detik saja. Jadi pastikan kompor yang anda gunakan tidak kontak langsung dengan bagian tenda, juga pastikan pintu terbuka ketika anda memasak di dalam tenda karena gas yang keluar dari kompor dapat langsung musnah karena terkena angin.

Bagian dari tenda haruslah juga terpisah antara lapisan luar dan dalamnya. Lebih baik bagian dalam tenda bukanlah lapisan bahan yang berbahan dasar nylon. Sebab, nylon cenderung menahan panas dan panas yang tertahan di dalam tenda akan melembabkan bagian dalam tenda. Perhatikan juga jarak yang ada di lapisan luar dan dalam tenda. Semakin jauh jarak antara lapisan luar dan dalam semakin baik, karena banyak kejadian lapisan luar yang terlalu menempel pada lapisan dalam tenda dapat membuat air masuk ke dalam tenda bila keadaan hari hujan deras.

Satu bagian lagi dari tenda yang tak bisa dilupakan adalah pasak. Ada berbagai macam pasak, berbeda-beda mulai dari bentuk, ukuran dan berat. Kecuali Anda berkemah dengan menggunakan mobil (car camping), masalah berat karena membawa pasak dari besi tidak akan menjadi masalah. Pasak yang terbuat dari alumunium adalah pilihan yang baik
untuk para penggiat kegiatan alam bebas. Tapi kelemahannya pasak jenis ini mudah bengkok apalagi di keadaan tanah yang keras. Beberapa orang yang terbiasa berkemah menemukan bahwa pasak yang terdiri dari campuran bahan alumunium dan plastik ternyata lebih baik, karena karakter sifatnya yang mengikuti berbagai tekstur tanah.

Dan tentu saja, bila kita menemukan kondisi tanah seperti pasir pasak seperti ini tidak mungkin akan dapat digunakan. Di situasi seperti ini tempatkan seluruh kantung kosong yang kita punya dengan tanah/pasir, kemudian ikat di bagian sudut tempat pasak dan pendam kantung tersebut dalam tanah. Dengan begitu terasa lebih efektif, dan berdaya guna daripada memaksakan pasak masuk ke dalam pasir/tanah lunak.

Dan jangan lupa selalu mencuci tenda tiap selesai digunakan. Jangan gunakan deterjen, tetapi cukup rendam saja tenda di dalam tong besar yang berisi air. Kalau bisa jangan disikat terlalu keras karena akan merusak lapisan anti-air tenda. Jemur di tempat yang sejuk dan tidak terkena langsung sinar Matahari dan apabila tenda sudah kering lipat kembali seperti semula.

Tempat berlindung yang baik saat berada di alam bebas adalah perangkat yang sangat penting. Karena saat berlindung itulah saat kita beristirahat dan mengembalikan kondisi tubuh kembali ke keadaan segar. Jangan sampai karena tenda yang kita bawa tidak nyaman dan malah membuat celaka diri kita sendiri. 

DAFTAR TENDA TERBAIK

Tenda gunung terbaik kapasitas dua orang
* The North Face Mtn-24
Tenda gunung terbaik kapasitas dua orang berharga di bawah 200
poundsterling
* Vango Hydra 200
Tenda ekspedisi terstabil kapasitas tiga orang
* Mountain Hardwear Trango Two
Tenda Pengendara sepeda terbaik kapasitas tiga orang
* Macpac Microlight
Tenda tim/grup terawet kapasitas tiga orang
* Vango Force Ten Mk4 Std
Shelter grup dalam keadaan darurat terbaik
* Conquest Refuge MK 11
Sumber: The Geographical, April 2000

Tips memilih tenda:
1. Tentukan tenda jenis apa yang Anda perlukan dan perkirakan berapa
kapasitas yang dibutuhkan.
2. Cari bahan tenda dengan bahan nylon pada bagian luarnya dan
berbahan katun pada bagian dalamnya.
3. Usahakan lapisan luar dan dalam tenda mempunyai jarak terpisah
yang jauh.
4. Carilah tenda yang mempunyai serambi pada bagian muka.
5. Carilah tenda yang memiliki dua pintu pada bagian sisinya.
6. Gunakan pasak tenda yang ringan dan kuat.

Tips mencari tempat untuk mendirikan tenda:
1. Tentukah arah mata angin, dan jangan taruh pintu tenda berlawanan
arah datang angin.
2. Buat sistem saluran air yang baik di sekeliling tenda.
3. Hindarkan berkemah di pinggir sungai, karena selain berisik dan
banyak binatang juga bisa berbahaya bila tiba-tiba air sungai
meluap.
4. Usahakan tenda tetap dalam kondisi bersih, karena kita pasti
ingin tempat istirahat yang nyaman.
5. Taruh kantung tempat tenda, pasak sisa dan tempatnya di bagian
dalam tenda, jadi bila pagi kita mencarinya akan mudah diketemukan.