KODAM IV/DIP GELAR KEMAH KEBANGSAAN DAN OUT BOND BELA NEGARA |
---|
KODAM IV/DIP (1/10),- Masih dalam rangkaian peringatan ke-65 HUT TNI, akan digelar Kemah Kebangsaan dan Out Bond Saka Wira Pramuka Jateng dan DIY di Medan Latihan Meteseh, Semarang. Pangdam IV/Diponeggoro, Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono direncanakan akan membuka kegiatan yang berlangsung selama 3 hari dan dibuka pada Jumat malam (1/10). Empat ribu lima ratus anggota pramuka Jateng dan DIY akan ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Mereka berasal dari berbagai Kwarda seluruh Jateng dan DIY, terdiri dari : Pembina Kwarda 11 Jateng, Pramuka Penegak Kwarda 11 Jateng, Pembina Kwarda 12 DIY, Pramuka Penegak Kwarda 12 DIY, Pembina Saka Wira Kartika, Saka Wira Kartika, Pembina Saka Dirgantara, Saka Dirgantara, Pembina Saka Bahari, Saka Bahari, Pembina Saka Bhayangkara, Saka Bhayangkara, Pembina Saka Kencana, Saka Kencana, Pembina Saka Bhakti Husada, Saka Bhakti Husada, Pembina Saka Wana Bhakti, Saka Wana Bhakti, Pembina Saka Bina Sosial, Saka Bina Sosial, Pembina Saka Bina Wisata, Saka Bina Wisata, Pembina Saka Taruna Bumi dan Saka Taruna Bumi. Tidak ketinggalan dari komponen masyarakat akan hadir 60 orang dari masing-masing Korem 071/Wk, 072/Pk, 073/Mkt, 074/Wt, Rindam IV/Dip., dan Brigif 4/DR. Dengan Kemah kebangsaan ini diharapkan terpelihara dan semakin meningkatnya jiwa dan semangat nasionalisme dan kesadaran bela negara sebagai modal dasar pembangunan nasional di wilayah guna menjaga dan mempertahankan keutuhan wilayah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sebagaimana tema kegiatan Dengan Semangat Kemah Kebangsaan dan Out Bond Bela Negara Kita Tingkatkan Kebersamaan, Persatuan dan Kesatuan serta Jiwa Nasionalisme Guna Mewujudkan Kesadaran Bela Negara dalam Rangka Mendukung Ketahanan Negara. Disadari dampak globalisasi dan bergulirnya reformasi serta demokrasi telah berpengaruh pada keterpurukan sikap kebangsaan dan Kesadaran bela negara masyarakat Indonesia yang berciri heterogen, dengan potensi konflik baik bersifat horisontal maupun vertikal. Maka upaya pembinaan kebangsaan melalui internalisasi nilai-nilai pola sikap dan kesadaran bela negara secara berkesinambungan merupakan kebutuhan vital yang tak terelakkan. Oleh karena itu Kodam IV/Diponegoro selaku Kotama TNI AD di wilayah Jateng dan DIY senantiasa pro aktif bekerja sama dengan Kwarda Jateng dan Kwarda DIY dalam menumbuh kembangkan kegiatan wawasan kebangsaan dan kesadaran bela negara di lingkungan kepramukaan. Berbagai materi yang akan diberikan kepada peserta kemah seperti : Ceramah Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, Pemutaran Film Perjuangan, Lomba Paduan Suara Lagu-Lagu Perjuangan, Out Bond (Mountenering, Pioner, Navrad, Survival, Panahan Tradisional), Permainan, Api Unggun, Pentas Seni Budaya, dan Gelar Keterampilan. Pada hari pertama, setelah dibuka peserta akan diberikan ceramah wawasan kebangsaan dan bela negara dan dilanjutkan dengan pemutaran film perjuangan. Kemudian dihari kedua, kegiatan diawali dengan ibadah, senam pagi, apel pagi, kegiatan Out Bond, gelar keterampilan, ishoma, permainan, final lomba paduan suara, final lomba pentas seni budaya, api unggun. Hari ketiga, senam pagi, apel pagi, pembagian hadiah, demonstrasi taktik bertempur, dan upacara penutupan kemah kebangsaan dan out bond bela negara. Keberhasilan dan kelancaran kegiatan perkemahan tidak luput peran dari unsur pelatih dan pendukung dari personil Kodam IV/Diponegoro sejumlah 386 orang, yang telah merencanakan dan menyiapkan sarana dan prasarananya termasuk persiapannya. |
Minggu, 03 Oktober 2010
Kemah Kebangsaan dan Out bond Bela Negara 2010 Kodam IV Diponegoro
Rabu, 29 September 2010
Cara Menggunakan Garmin GPSMAP 60CSX
Garmin GPSMAP 60 CSx merupakan suatu alat yang paling banyak dipakai di indonesia karena tingkat keakuratannya dalam menentukan posisi yakni dengan toleransi antara 5 sampai 15 meter (dengan asumsi mendapatkan lebih dari 3 sinyal satelit). Penggunaan Garmin GPSMAP 60 CSx sangat mudah, karena sudah dilengkapi dengan beberapa tombol navigasi dan pilihan menu secara cepat. Jenis GPS ini juga bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk survey, mengetahui terbit dan terbenamnya matahari, memprediksi banyaknya ikan di suatu lokasi, mengetahui peredaran bulan dan matahari, dan lain-lain.
Fungsi tombol Garmin GPSMAP 60 CSx :
Fungsi tombol Garmin GPSMAP 60 CSx :
- Tombol “IN” dan “OUT”
a. Pada Tampilan peta : digunakan untuk memperbesar dan memperkecil tampilan peta (Zoom in dan Zoom out).
b. Pada Tampilan Kompas : digunakan untuk mengubah skala course pointer
c. Pada Tampilan Altimeter : digunakan untuk zoom in dan zoom out histori / perubahan yang terjadi pada ketinggian maupun tekanan udara. - Tombol “PAGE”
Digunakan untuk berpindah pindah ke beberapa aplikasi utama GPS. Secara default, pada saat penyalaan pertama, GPS akan menampilkan gambar satelit. Setelah tombol page ditekan, maka akan berpindah ke tampilan berikutnya sesuai pengaturan, seperti kompas, altimeter, menu utama (main menu), ataupun trip computer - Tombol “MENU”
Tombol menu memiliki beberapa fungsi :
a. Jika ditekan 1 kali, maka akan menampilkan menu pilihan pada aplikasi yang sedang tampil.
b. Jika ditekan 2 kali, maka akan menampilkan menu utama. - Tombol “ENTR”
Digunakan untuk menyetujui pilihan atau permintaan yang diberikan oleh GPS. - Tombol “QUIT”
Digunakan untuk membatalkan pilihan atau permintaan yang diberikan oleh GPS. Jika ditekan saat tidak diberikan pilihan (berupa “yes dan no” atau “ok”), maka penekanan tombol ini akan berbanding terbalik dengan tombol page (berpindah ke beberapa aplikasi secara berlawanan) - Tombol “FIND”
Digunakan untuk menemukan sesuatu yang aa di sekitar. Saat tombol “FIND” ditekan, maka akan dimunculkan beberapa pilihan, seperti waypoints, geocache, cities, All Point of Interest, dan lain-lain. - Tombol “MARK”
Digunakan untuk memberi tanda pada peta dimana GPS berada. Tanda ini bisa digunakan sebagai patokan awal pengukuran atau sebagai penanda koordinat. - Tombol arah kanan, kiri, atas dan bawah (tombol Rocker)
Digunakan untuk memilih pilihan yang tersedia dan untuk memasukkan data ataupun menunjuk peta. - Tombol “POWER”
Tekan dan tahan Digunakan untuk menyalakan atau mematikan GPS. Tekan kemudian lepaskan untuk mengatur backlight (lampu pada GPS)
- Menu “Satelite”
Saat pertama kali dinyalakan, GPS akan menampilkan menu satelit. Dimana di dalam menu ini diperlihatkan status penangkapan sinyal satelit. Untuk mendapatkan sinyal satelit yang baik (kekuatan sinyal besar) maka GPS harus berada di luar ruangan tanpa penghalang dengan langit, dan cuaca cerah. atau bisa dengan menambahkan antena luar yang dihubungkan ke perangkat GPS. Pastikan bahwa GPS memperoleh sinyal minimal dari 3 satelit, status penerimaan ini dapat dilihat pada bar di bawah lingkaran satelit. Sinyal satelit yang dapat digunakan yaitu pada bar yang berisi, bukan bar yang berwarna putih. Setelah sinyal yang diperoleh sudah cukup, maka di bagian atas layar akan tampil koordinat kita berupa posisi lintang dan bujur serta toleransi posisi yang ditunjukkan oleh “location”. Jika location menunjukkan ±10m, artinya GPS memprediksi lokasi kita berada di radius 10 meter dari koordinat posisi yang ditunjukkan oleh GPS.
Pada bagian tengah, terdapat dua lingkaran yakni lingkaran besar dan kecil. Kedua lingkaran ini merepresentasikan langit. Lingkaran kecil berarti radius penglihatan kita ke langit sebesar 45°. Lingkaran besar, merepresentasikan penglihatan kita ke langit sebesar 180 derajat. Gambar satelit dengan nomor masing-masing yang tersebar di sekitar lingkaran besar dan kecil merupakan posisi satelit saat itu.
- Menu “MAP (Peta)”
Pada saat memilih menu ini, akan tampil peta seperti layaknya kita melihat peta pada umumnya. Perbedaannya yaitu terdapat segitiga hitam di tengah peta yang ditampilkan. Segitiga ini menunjukkan posisi kita pada permukaan bumi serta arah GPS. Pada menu peta, kita dapat mengukur jarak suatu titik dengan titik yang lain dengan cara menekan tombol Rokr. Kita juga bisa melihat arah navigasi saat melakukan pencarian suatu lokasi. - Menu “Trip Computer”
Pada menu ini, terdapat angka-angka untuk mengetahui : trip odom, max speed, moving time, moving avg, stopped, averall avg, elevation, odometer. Fungsi diatas bisa di cari sendiri pengertiannya - Menu “Compass”
Hampir semua GPS memiliki fitur kompas digital yang. Kompas ini sama halnya dengan kompas analog pada umumnya. Setiap kali akan melakukan survey, kompas ini harus selalu di kalibrasi. Dikarenakan kompas ini menggunakan sistem digital, sehingga penunjukannya akan keliru jika sudah di dekatkan dengan peralatan yang mengandung medan magnet. Pada menu kompas, terdapat juga beberapa informasi yang digunakan pada saat melakukan survey - Menu “Altimeter”
Pada menu altimeter, terdapat 2 fungsi, yaitu untuk mengukur elevasi (altimeter), dan untuk mengukur tekanan udara (barometer). Pada pengukuran elevasi, akan ditampilkan ketinggian kita yang di ukur dari permukaan laut. Sedangkan pada pengukuran tekanan udara, akan ditampilkan tekanan udara di sekitar yang dihitung menggunakan satuan milibar. - Main Menu
Pada menu ini, ditampilkan beberapa fungsi GPS lainnya yang tidak muncul saat kita menekan tombol page. Biasanya yang ditampilkan pada menu ini, merupakan fasilitas yang jarang digunakan.
- Kalibrasi Kompas Kalibrasi kompas sangat diperlukan karena GPS menggunakan kompas elektronik, dimana akan terjadi kesalahan penunjukan apabila GPS sudah / pernah berdekatan dengan barang-barang yang mengeluarkan medan magnet seperti HandPhone, Layar Monitor, Televisi, Kompas standar dan lain-lain. Cara mengkalibrasi kompas yaitu :
- nyalakan GPS
- tekan page beberapa kali sampai muncul gambar kompas di layar.
- tekan menu, kemudian pilih calibrate “compass”, kemudian tekan enter.
- pilih start untuk memulai kalibrasi.
- pada saat muncul tulisan “Turn Slowly”, putar GPS kearah kanan perlahan-lahan (HANYA KE ARAH KANAN) sebanyak 2 putaran penuh.
setelah 2 putaran penuh dilakukan, di layar akan tampil tulisan “Callibration Completed Successfully”. Jika tidak muncul, berarti proses kalibrasi belum dilakukan secara benar. Ulangi langkah 3. tekan enter untuk menampilkan kompas.
- Kalibrasi Altimeter Kalibrasi ini juga diperlukan untuk mengetahui tinggi suatu daratan dimana kita berada. Sebaiknya kalibrasi altimeter ini dilakukan di laut (boleh di pantai, boleh juga di pelabuhan) karena GPS mengambil patokan elevasi dari permukaan air laut.
- Nyalakan GPS
- tekan page beberapa kali sampai muncul tampilan altimeter di layar
- tekan menu, kemudian pilih “calibrate altimeter” kemudian tekan enter.
- Jika anda sudah berada dekat dengan laut, pilih yes kemudian masukkan ketinggian anda saat melakukan kalibrasi.
- Setelah memasukkan ketinggian, kemudian dilanjutkan dengan kalibrasi tekanan udara. Jika anda tau tekanan udara saat ini, bisa memilih yes, sebaliknya dengan memilih no jika anda tidak mengetahui tekanan udara saat ini.
Jika tidak dilakukan kalibrasi altimeter, maka GPS akan secara otomatis menggunakan elevasi GPS yang didapat dari satelit. Elevasi ini hanya sebuah perkiraan dari satelit.
Minggu, 19 September 2010
Latihan Menembak
SISTEM BERLATIH PETEMBAK PISTOL DAN SENAPAN
Rincian dan aspek-aspek teknis daripada latihan akan berbeda dari suatu disiplin ke disiplin lainnya, tetapi pendekatan secara keseluruhan atau pada umumnya sama dan tidak banyak berbeda. Penampilan seorang petembak hanya dapat membaik dengan pendekatan secara metode dan terkoordinir dimana seluruh aspek terintegrasi secara cermat. Perencanaan yang cermat sangat diperlukan.
RENCANA LATIHAN
Suatu rencana yang ideal seharusnya mempunyai tujuan yang jelas, seperti bergabung dengan sekolah menembak, pemusatan latihan di daerah atau team nasional dalam kurun waktu tertentu yang tergantung dari kemampuan diri petembak petembak sekarang ini. Ia harus membuat jadwal pertandingan yang ia ingin ikuti, sehingga waktu latihannya yang diatuer dalam kalender dapat menolongnya.
Pelatih, dengan pengetahuan akan menembak dan pengalamannya dalam mengikuti pertandingan dapat memastikan jadwalnya dan tujuan akhirnya ada pada kemampuan daripada petembak. Bahkan jika ia tidak berhubungan dengan petembak secara pribadi, dalam basis hari ke hari, nasehatnya harus diminta. Petembak membutuhkan pendapat yang objektif akan kekuatan dan kelamahannya jika latihannya akan direncanakan dengan baik. Pelatih dalam hal ini dapat menolongnya. Pelatih juga dapat memonitor kemajuan, berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul, dan jika perlu merubah rencana sesuai dengan kesulitan-kesulita yang tidak diinginkan atau perubahan dalam rencana kegiatan.
Rencana latihan harus meliputi :
- Tahap persiapan
- Tahap latihan
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan selama 3 (tiga) hingga 4 (empat) bulan. Selama periode ini persiapan umum sangatlah penting. Faktor kesegaran jasmani dibangun dengan latihan fisik yang cocok. Jika perlu hal ini meliputi dist, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksanaan mata, menembak harus lebih sedikit atau sama sekali berhenti menembak, sehingga ada kesempatan untuk pemeriksaan peralatan (equipment check). Senjata dapat diperbaiki oleh gunsmith yang mampu, pistol baru dapat dicoba (tetapi pastikan bahwa amunisi tersebut dicoba pada senjata yang akan dipergunakan). Merk-merk atau seri peluru tersebut yang secara kelompok dianggap baik harus diperhatikan untuk dipergunakan pada pertandingan yang akan datang.
Latihan untuk kesegaran jasmani dapat digabungkan dengan koordinasi yang baik yang dibutuhkan lagi latihan teknis, tetapi latihan kering secara teratur akan membuat para petembak mantap untuk memegang senjata dan menolong mereka menyempurnakan sikap menembak. Sesi inipun menolong para petembak dalam hal pembangunan kelompok otot-otot khusus. Persiapan mental harus dimulai dari sini dengan teknis-teknis seperti misalnya Autogenic Training.
Petembak harus membuat dirinya sendiri paham akan aturan-aturan pertandingan yang ia masuki : kalau tidak ia kan kehilangan waktu atau point dalam kejuaraan, atau bahkan akan didiskualifikasi.
b. Tahap latihan
Ketika kesegaran jasmani dan unsure-unsur dasar penting yang lain sudah tercapai, para petembak harus berkonsentrasi dalam meningkatkan kemampuan teknis dan sikap perilaku mental sementara jasmani pun harus dipelihara. Latihan teknis harus meliputi menembak di lapangan dan latihan kering di rumah. Petembak harus memasuki setiap elemen dasar dari teknik menembak satu per satu, dengan menghilangkan kesalahan maupun kebiasaan yang kurang baik. Ini lebih mudah dilakukan, bahkan petembak internasional pun menggunakan teknik ini untuk menghilangkan kesalahan (error) dan kebiasaan buruk pada awal pertandingan.
Latihan dan teknik secara sistematis dalam beberapa disiplin yang berbeda didiskusikan pada bagian lain, walapun tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan petembak secara individu. Selama periode latihan, petembak atau pelatihnya harus mengadakan performance check sehingga kemajuan dapat diukur atau ditaksir. Ini sering diartikan sebagai shooting for a score index. Dalam latihan, petembak harus cenderung untuk mencapai tingkat-tingkat tertentu : tentunya kalau tidak pada tingkat yang terlalu tinggi, pasti terlalu rendah. Sewaktu ia yakin akan mencapai tingkat tertentu maka lebih mudah baginya untuk berfikir secara positif walaupunj di bawah tekanan pertandingan (macth pressure).
Selama latihan petembak harus berlatih di dalam kondisi yang berbeda. Bersaing di tempat-tempat yang berbeda akan membuat petembak lebih percaya diri, dan akan membuatnya tak terpengaruh oleh suasana dari luar dalam pertandingan yang besar, atau menjadi korban kompleksitas ( berlatih atau test ke lapangan tembak lain).
Selain membangkitkan rasa percaya diri dan menaikkan sikap yang positif, petembak harus membangun kemampuannya untuk berkonsentrasi dalam jangka panjang.
Latihan-latihan berikut ini akan membantu :
- Bayangkan sebuah objek seperti kancing, atau badge, atau bagian dari senjata, selama dua atau tiga detik, di luar daripada pikiran-pikiran lain. Jangan pikirkan bentuknya, warnanya atau fungsinya ; konsentrasilah hanya pada obyek itu sendiri. Minggu ke minggu, naikkan waktu yang dibutuhkan untuk latihan ini sampai anda dapat berkonsentrasi selama 10 detik, tanpa gangguan pikiran.
- bayangkan sebuah huruf. Mulailah dengan a atau s dan secara bertahapnaikkan jumlah dari huruf yang digunakan.
- lihatlah ke target sasaran dan bayangkan target tersebut tidak mempunyai tanda bidikan (aiming mark). Teruslah pandangi hingga dengan konsentrasi yang dalam kamu tidak dapat melihat tandanya. (ini membutuhkan waktu latihan bertahun-tahun tetapi anda akan mendapatkan konsentrasi total!)
- konsentrasi pada 1 jarum detik yang terlihat pada jam dinding, pejamkan mata saat detik di angka 12 dan buka mata kembali pada saat detik di angka 12, dst.
Kita sudah melihat bahwa sikap yang positif adalah vital, jadi beberapa waktu latihan anda harus ditujukan untuk membangunnya.pikiran negative adalah ekspresi daripada keraguan anda sendiri. Pikiran yang positif dihasilkan dari rasa percaya diri dan membantu menguatkannya. Ketika pikiran dapat menerima bahwa tubuh benar-benar mampu untuk mengemban tugas yang harus dijalani, keragu-raguan dan pikiran negatif akan perlahan-lahan melemah. Konsentrasi pada penglihatan, diluar dari yang lain, akan membuat tubuh kita dapat dapat melakukan tembakan yang sempurna yang mana sebelumnya sudah dilatih. Pencampuran dari pikiran sadar dalam bentuk kritik, instruksi, atau peringatan akan merusak performance.
Motto anda haruslah “ Body Over Mind” (bhs Inggris)
Kemah Kebangsaan Korem 073/Makutarama 2010
Danrem 073/Makutarama Buka Kemah Kebangsaan dan Outbond Bela Negara 2010

Lebih dari 11.000 orang memadati lapangan utama Bumi Perkemahan Krawangsari Park Desa Sudo, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang tempat diselenggarakannya Kemah Kebangsaan dan Outbond Bela Negara 2010 Korem 073/Makutarama, Jumat (2/7).
Acara ini secara langsung dibuka oleh Danrem 073/Makutarama Kolonel Inf Sakkan Tampubolon dan dihadiri oleh Muspida dan Pengurus Kwarcab Kabupaten Rembang.
Suasana penuh khidmat dan semangat kebangsaan yang kental menyelimuti upacara yang penuhi peserta yang terdiri dari 7853 anggota pramuka dari beberapa kabupaten wilayah eks karesidenan Semarang dan Pati ditambah dengan personel TNI AD dari Jajaran Korem 073/Mkt, Kodim 0720/Rembang, Yonif 410/Alugoro dan pembina Pramuka perwakilan daerah masing-masing.
Acara diawali dengan penyematan tanda peserta Saka Wira Kartika secara simbolis oleh Danrem kepada dua orang perwakilan pramuka penegak. Kemudian disusul dengan pembacaan pesan-pesan dari para pahlawan pejuang kemerdekaan dan dilanjutkan pemutaran film perjuangan “Palagan Ambarawa”, yang diambil dari Drama Kolosal Palagan Ambarawa dalan rangka memperingati Hari Juang Kartika di kota Ambarawa beberapa puluh tahun tahun silam.
Upacara semakin semarak dengan penampilan Mighty Band yang membawakan beberapa lagu yang bernafaskan kejuangan. Antusiasme peserta yang hampir seluruhnya kawula muda ini semakin bertambah, ketika band asal solo ini menampilkan lagu Bendera (Cokelat Band) dengan irama menghentak. Mereka yang sebelumnya berdiri siap sikap sempurna, secara spontan langsung tumpah ruah menari di tengah lapangan.
Di sisi lain, Danrem 073/Makutarama Kolonel Inf Sakkan Tampubolon ketika bersama wartawan usai upacara menyampaikan bahwa kegiatan Kemah Kebangsaan dan Outbond Bela Negara ini selain untuk mengisi liburan sekolah tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dan bela negara pada generasi muda demi terwujudnya kecintaan terhadap tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa, untuk NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
“Dalam rangka membangun jiwa dan semangat kebangsaan pada generasi muda khususnya kepramukaan, kami kemas dengan menyelenggarakan Kemah kebangsaan selama dua hari. Seluruh peserta mulai dari Kabupaten Salatiga, Semarang, Kendal, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Blora, Purwodadi dan Rembang sendiri. Tujuannnya adalah untuk membangun karakter bela negara dan jiwa kebangsaan dari pada generasi penerus sekarang ini. Selain itu juga untuk membangun kebersamaan diantara mereka”. kata Danrem.
Sementara itu, Kasrem 073/Mkt Letkol Inf Sadputro Adi Nugroho yang bertindak sebagai ketua panitia kemah menambahkan, bahwa untuk membangun jiwa kebangsaan, kegiatan akan dikemas berupa beberapa kegiatan outbond seperti, HTF, PBB, Semaphure, Tembak Senapan Angin, Panahan, Ketepel, Teklek, dan Egrang. Dan kegiatan lain seperti lomba pentas seni dan budaya, lomba paduan suara lagu-lagu Nasional, api unggun kebangsaan, donor darah, karya bhakti dan penghijauan.
Senin, 30 Agustus 2010
PANJAT TEBING 4
SAFETY 1: PENGGUNAAN PENGAMAN ALAM
Dalam suatu pemanjatan, perhatikanlah keadaan permukaan tebing dengan teliti.
Kemungkinan akan dijumpai yang disebut Natural Runner di sana-sini yang dapat
dimanfaatkan. Pada dinding tebing kadang-kadang terdapat sejenis pohon dengan akar yang "tertanam" kuat di sela-sela atau rejahan tebing. Pohon ini dapat dipergunakan sebagai Natural anchor (tambatan alam) dan Natural runner.
Untuk mempergunakannya, pilihlah pohon yang berdiameter kira-kira minimal 3 cm,
berakar kuat, dan masih hidup. Secara teknis mudah sekali. Anda tinggal mengkaitkan webbing atau sling dan mengkaitkan sebuah karabiner atau biasa disebut cincin kait. Kemudian masukkan tali utama ke dalam cincin kait itu.
Pada rekahan tebing sering pula dijumpai sebuah pecahan batu tebing terjepit dengan kuat (chock stone). Proses ini terjadi secara alami. Pada rekahan yang menyempit ke bawah sebuah pecahan batu tebing terselip dan dengan sendirinya berada pada posisi yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman.

Untuk membuat pengaman prinsipnya sama dengan pengaman alam jenis pohon tersebut di atas. Bisa juga dengan cara lain. Tergantung kondisi yang anda hadapi. Untuk itu seorang leader harus kreatif dan di samping faktor lain seperti terampil, terlatih, berani, dan sebagainya.
Pengaman alam bisa juga dibuat dari tonjolan pada permukaan tebing yang cukup kuat.
Biasanya pada permukaan tebing terdapat horn (tonjolan, tanduk), yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman. Meskipun tidakcukup meyakinkan tonjolan kecil masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

Suatu ketika dapat terjadi horn yang dijumpai tidak terlalu menonjol dan membulat.
Untuk mengatasi hal ini pergunakan webbing dan ikatan dengan erat agar tidak tergeser dari kedudukannya ketika anda bergerak naik. Karena geseran ikatan dapat terlepas dengan sendirinya, sehingga fungsinya sebagai pengaman hilang.

Tunnel (lubang tembus) dapat terjadi pada tebing-tebing kapur limestone karena
pengaruh perubahan cuaca dan angin. Pada lubang tembus ini pengaman dapat dibuat asal terlebih dahulu diketahui kekuatan batuannya. Masih sering dijumpai lubang tembus ambrol ketika tersentak beban jatuh.

Meskipun anda telah terlatih dalam mempergunakan natural runner atau natural anchor namun hati-hatilah agar risiko kecelakaan dapat diperkecil. lebih-lebih untuk para pemula, yang biasanya cenderung kurang teliti dalam memilih runner yang baik.
SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK
Page: 1/5
(648 total words in this text)
(831 Reads)

Sesungguhnya, penggunaan chock sebagai runner pemanjatan tebing mengandung nilai seni yang tinggi. Dengan piton seseorang dapat pula memanjat, tapi dengan sedikit rasa takut, sedikit seni, dan sedikit ketrampilan, meskipun palu yang menghantam mata piton menimbulkan suarabukan merupakan larangan. Dentingan bising dan seolah-olah merupakan suatu paksaan dalam usaha manusia untuk menaklukkan tebing yang dihadapinya. Jika penggunaan piton dalam suatu pemanjatan tebing dibatasi, berarti seseorang itu telah melakukan permainan yang lebih tinggi nilainya daripada menggunakan piton.
Penggunaan chock hanya sebagai pengaman, lain tidak. Sebagai contoh, kita tidak begitu mengalami kesulitan ketika menemui rekahan di tebing berukuran tertentu. Dengan bong (sejenis piton bersudut) rekahan ini mudah diatasi; karena toleransi ukuran bong cukup besar. Tapi dengan mempergunakan chock, gerakan si pemanjat harus lebih-hati-hati dan dengan perhitungan matang, karena pemasangan pengaman jenis ini tidak semudah memasang piton. Kita harus berpikir dua kali sebelum meninggalkan chock yang telah kita pasang sebagai pengaman.
Penggunaan chock hanya sebagai pengaman, lain tidak. Sebagai contoh, kita tidak begitu mengalami kesulitan ketika menemui rekahan di tebing berukuran tertentu. Dengan bong (sejenis piton bersudut) rekahan ini mudah diatasi; karena toleransi ukuran bong cukup besar. Tapi dengan mempergunakan chock, gerakan si pemanjat harus lebih-hati-hati dan dengan perhitungan matang, karena pemasangan pengaman jenis ini tidak semudah memasang piton. Kita harus berpikir dua kali sebelum meninggalkan chock yang telah kita pasang sebagai pengaman.

Biasanya para pemula kurang hati-hati dalam menyisipkan chock pada rekahan tebing.
Sehingga sering terjadi chock terlepas dari tempatnya. Di sinilah letak bahayanya; chock tidak lagi berfungsi sebagai pengaman. Untuk mengatasi hal ini salah satu cara yang baik, berlatih dan berlatih dalam menggunakan chock sebagai pengaman. Agar tidak mengudang bahaya yang lebih besar, sebaiknya latihan pemasangan chock dilakukan di tebing yang tidak terlalu tinggi dan banyak memiliki cacat batuan atau rekahan.
Banyak pemanjat tebing yang hanya menggunakan ,chock dalam suatu pemanjatan. Karena menurutnya dengan piton, tebing akan rusak atau cacat dan tidak lagi sesuai dengan keadaan aslinya.
Dengan hanya menggunakan chock sebagai pengaman berarti pada si pemanjat akan dituntut ketelitian, kemahiran, keberanian, dan juga keyakinan untuk dapat mengatasi setiap lintasan yang dipilihnya sendiri.

Ada juga pemanjat tebing yang menggunakan piton dalam pemanjatan, tapi dibatasi hanya pada keadaan di mana chock tidak lagi bisa digunakan sebagai pengaman.

Meskipun chock sudah terpasang dengan benar dan batunyapun cukup kuat untuk dapat menahan beban jatuh, namun masih ada beberapa permasalahan penting yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang leader.
Yang pertama, tubuh. Mengapa? Ketika anda telah memasang chock dengan benar dan cukup kuat untuk menahan beban jatuh, tiba-tiba terlepas akibat terangkat ke atas oleh tali utama. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditambahkan sebuah webbing agar gerakan tubuh ke atas tidak mengganggu kedudukan chock.

Yang kedua, lenturan tali. Seaktu leader terjatuh, tali melentur terkena beban tubuh. Akibat lenturan ini, chock dapat terangkat dan terlepas dari kedudukannya. Untuk itu chock harus diberi back-up (kekuatan tambahan) pada tempat tertentu yang diperkirakan hal ini dapat terjadi, sehingga jika lenturan menyebabkan chock terlepas, masih ada kekuatan cadangan yang menyelamatkan ieader dari bahaya yang lebih fatal.Yang ketiga, karena tegangan (drag) tali. Ini terjadi jika penempatan chock menyebabkan tali membentuk diagonal satu sama lain atau zig-zag. Karena zig-zag, maka tegangan tali akan menarik chock yang telah terpasang sehingga dapat lepas dari posisinya.

Setiap chock mempunyai nomor urut sesuai dengan ukurannya. Nomor 1 untuk chock yang terkecil dan seterusnya. Ini dimaksudkan untuk memudahkan leader dalam memi!ih ukuran chock yang sesuai dengan besarnya rekahan dan juga memudahkan berkomunikasi dengan "Belayer" (orang yang mengamankan). Pada keadaan tertentu, leader akan lebih mudah menyebut nomor yang dimintanya daripada harus menyebutkan besarnya atau ukurannya.
Memasang chock sebagai pengaman harus diperhatikan benar-benar jenis bantuan dan lebar sempitnya rekahan. Jika pemasangan chock sudah benar dan batuannyapun cukup kuat, maka masih ada kelemahan lain yang menyebabkan kecelakaan, yaitu tali baja atau sling pengikat chocknya terputus oleh suatu sebab. Untuk itu dianjurkan selalu memeriksa semua peralatan yang akan dipergunakan memanjat tebing.
Chock yang mempunyai standar UIAA (Union International des Associations d'Alpinisme), yaitu suatu badan yang mengadakan standarisasi untuk peralatan mountaineering yang berkedudukan di Prancis, dijamin keamanannya jika dipergunakan secara benar dan terawat dengan baik.
PANJAT TEBING 3
MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN
Setelah mempelajari teknik memanjat dan menggunakan berbagai jenis pengaman kini anda siap untuk berlatih memanjat dengan mempergunakan tali pengaman. Tali yang dipergunakan biasanya berdiameter 9 mm atau 10 mm. Ada juga yang mempergunakan tali 11 mm. Kedua ujung tali dibuat simpul 8. Simpul pertama digabungkan ke harness orang yang akan bertindak sebagai leader. Simpul kedua digabungkan ke garness orang yang akan menjadi belayer. Perhatikan! Karabiner yang dipergunakan sebagai pengait harus berkunci. Dengan demikian belayer dan leader tergabung dalam satu tali tanpa ada risiko terlepas satu sarna lain.Sebelum leader bergerak naik, terlebih dahulu belayer harus membuat anchor dengan piton, chock,atau natural anchor. Anchor yang dibuat harus mampu menahan hentakan ke atas jika leader terjatuh. Atau jika sudah berada pada ketinggian tertentu, anchor harus pula diperhitungkan untuk menahan beban hentakan dari atas dan tarikan ke bawah.

Anchor yang dibuat tanpa mempertimbangkan kedua hal diatas dapat membahayakan kedua pemanjat. Peralatan yang dibawa oleh leader hendaknya disesuaikan dengan lintasan yang dipanjat. jangan terlalu memberatkan tubuh dengan membawa peralatan yang tidak perlu. Rajinlah berlatih. Karena dengan sendirinya anda akan dapat meramalkan jumlah dan jenis peralatan yang seharusnya dibawa.

Setelah anchor terhambat dengan kuat barulah leader mulai memanjat. Berilah pemberitahuan terlebih dahulu kepada belayer agar ia siap menjaga anda. Pilihlah hold yang memungkinkan untuk bergerak dengan seimbang dan pasti. Berkonsentrasilah pada apa yang sedang anda lakukan. Bergeraklah dengan hati hati.
Jika sudah berada 2 atau 3 meter di atas belayer segeralah pasang runner untuk mengamankan gerakan selanjutnya. Masukkan main rope ke dalam karabiner yang terpasang.
Pada saat memasukkan main rope, perhatian harus terpusat pada pegangan yang hanya satu tangan. Setelah main rope terkait barulah leader sedikit lebih am an dari beberapa menit sebelumnya. Jika ia tiba-tiba terjatuh, ia tidak lagi akan menghempas dasar tebing di bawahnya. Belayer akan mengamankan dengan tali yang sudah ditahan oleh sistem pengaman yang dipergunakannya.

Untuk itu, segeralah memasang runner tanpa harus memperhitungkan mudah sulitnya lintasan. Pada lintasan mudahpun bahaya tetap mengancam. Baik karena terpeleset, tertimpa batu, pegangan ambrol, atau pun terkejut oleh tokek, ular, dan kalajengking yang kerap ditemui di tebing-tebing. Setiap kali memasang runner periksalah terlebih dahulu apakah sudah cukup am an dengan cara menyentakan dari berbagai arah. Setelah yakin dengan kekuatannya barulah leader bergerak ke atas.



Pastikan bahwa anchor itu mampu menahan berat badan anda berdua. Setelah aman beritahulah rekan anda untuk naik. Kini anda yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Tariklah tali sedemikian hingga tegang, karena akan.memberi keleluasaan rekan anda sewaktu mencabut piton atau chock yang terpasang. Selain itu, juga untuk menjaga aga ia tidak terlalu jauh bila terjatuh. Tali yang kendur akan menyentak dengan keras apabila tiba-tiba rekan anda jatuh.
Dalam panjat tebing dikenal istilah yang berfungsi sebagai kode atau pemberian aba-aba yang disebut "climbing calls". Sedikit banyak ini penting diketahui sebab komunikasi antara leader dan belayer haruslah tepat dan jelas terdengar serta singkat. Komunikasi yang tidak lancar bisa berakibat fatal bagi keduanya. Di bawah ini diberikan istilah yang penting untuk diketahui bukan dimaksudkan untuk gagah-gagahan oleh pemanjat tebing. Walaupun bahasa kita mungkin bisa dipergunakan, tapi tidak berlaku universal.Off Belay: Teriakan leader untuk memberitahukan pada belayer bahwa ia sudah tidak memerlukan pengamanan dari belaayer lagi. Leader sudah memasang anchor dan aman.
Belay Off: Jawaban belayer terhadap "off belay". Kini, ia boleh melepas anchor belay.
Slack: Kendurkan tali. leader atau belayer bisa mempergunakan istilah ini untuk mengendurkan tali pada kasus tertentu.
Up Rope / Pull: Kencangkan tali. Leader atau belayer memberi kode agar tali ditegangkan.
Taking In: Leader berteriak untuk menyatakan bahwa ia menarik tali ke atas (biasanya setelah leader sampai di teras, tali masih bersisa beberapa meter).
That's Me: Jawaban orang kedua apabila tali telah habis sampai mentok di harnessnya.
On Belay: Leader memberi kode pada orang kedua bahwa ia sudah diamankan.
Climb (Climb When You're Ready): Leader memerintahkan orang kedua untuk memanjat sambil bersiap mengamankannya.
Climbing: Leader (orang kedua) memberi kode bahwa ia siap memanjat.
OK: Orang kedua (leader) siap mengamankan pemanjatan.
Dalam pemanjatan kadang-kadang puncak tebing dapat dijangkau oleh panjang tali standar (45m). Tetapi, kadang-kadang tali tidak mencukupi karena puncak tebing lebih dari panjang tali standar.
Untuk itu, ada dua teknik dalam pemanjatan. Yang pertama, Single Pitch Climbs (pemanjatan tahapan tunggal atau satu tahap) dan Multi Pitch Climbs (pemanjatan secara bertahap).
Untuk lebih jelas, pelajarilah gambar di bawah ini:




TEKNIK TURUN TEBING
Bayangkan kini anda berada di puncak tebing yang curam. Untuk turun, tentu tidak merayap kembali. Suatu teknik yang dipergunakan untuk menuruni tebing dengan memanfaatkan gaya gesekan, baik tubuh, maupun alat bantu khusus, disebut rapelling atau juga abseiling.

Sebelum yakin anchor yang terpadang kuat jangan turun dahulu. Ceklah achor dengan menggantunginya beberapa saat dengan pengaman tali pada anchor lainnya. Setelah yakin barulah tali dilempar ke bawah. Buatlah simpul pada ujung tali yang dilempar agar apabila tidak sampai ke permukaan tanah atau teras, anda tetap tertahan oleh simpul tadi.
Teknik pertama, teknik yang klasik. Tali langsung berhubungan dengan tubuh. Untuk itu diperlukan pakaian yang tebal agar tubuh tidak lecet atau mendapat luka bakar. Teknik ini perlu diketahui karena siapa tahu peralatan yang anda bawa terjatuh semua. Teknik ini disebut Classic rappel/Body rappel.

Teknik kedua mempergunakan sling dan sebuah karabiner. Sling dikaitkan pada paha kemudian kaitkan sebuah karabiner. Setelah itu, tali dimasukkan ke dalam karabiner.
Untuk mengontrol lajunya, tali dilewatkan dari puncak. Teknik ini disebut sling rape.


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menuruni tebing;
1. Bawalah sepasang tali dengan diameter 5 atau 6 mm. Gabungkan tiap tali dengan simpul nelayan sehingga terbentuk loop. Kalungkan di leher. Apabila tali yang dituruni tergantung pada overhang atau tidak sampai ke dasar tebing, anda dapat mempergunakannya sebagai prusik guna meniliti tali naik ke atas kembali.
2. Buatlah simpul pada ujung tali. Apabila oleh suatu hal anda tidak dapat mengontrol kecepatan turun, simpul itu akan menyelamatkan anda.
3. Orang yang turun pertama kali setelah sampai pada teras atau dasar tebing harus mencek apakah tali dapat ditarik ke bawah. Kadang-kadang tali terjepit di celah yang dilewatinya atau karena penempatan anchor yang salah.
4. Turunlah secara perlahan-perlahan. jangan melompat-lompat seperti pasukan komando. Gerakan berlebihan bisa mempengaruhi kekuatan anchor dan dapat berakibat fatal. Selain itu, dengan bergerak perlahan, anda akan lebih mudah mengontrol titik pendaratan.
5. Gerakan selalu karabiner yang berkunci agar lebih aman. Karena apabila tali membelit karabiner biasa ia akan terbuka.
6. Untuk keamanan, gunakan sling atau webbing yang masih kuat pada anchor.
Rapelling, teknik yang sangat penting sebagai pembendaharaan pemanjat tebing ataupun pendaki gunung. Selain itu, juga cepat, menyenangkan, dan aman apabila berhati-hati.
Berlatihlah pada tebing yang tidak terlalu curam dan tidak terlalu tinggi. Gunakan selalu sepasang sarung tangan agar telapak tangan tidak terbakar.
PANJAT TEBING 2
DASAR MEMANJAT TEBING
Jika tidak terbiasa dengan latihan ini biasanya pemanjat akan grogi lebih-lebih di medan yang belum dikenalnya manakala cuaca tiba-tiba berubah buruk, misalnya.
Pentingnya penggunaan kaki sudah cukup untuk di ketahui. Kini kita beralih dengan penggunaan tangan.
Fungsi Tangan
Fungsi tangan tidak kalah penting daripada kaki. Secara alami tangan sudah terlatih sejak kecil untuk memegang. Ini yang memungkinkan tangan lebih cepat dapat dilatih daripada kaki.
Pada latihan, usahakan sebanyak mungkin menggunakan seluruh jari tangan untuk memegang atau menekan, karena pada suatu saat kita akan dihadapkan pada situasi di mana hold atau crack hanya cukup untuk dua jari. Tanpa latihan yang baik kesulitan ini akan menghambat gerakan selanjutnya.
Selagi memanjat, batasi jangkauan tangan agar keseimbangan tidak terganggu. Tentu saja suatu saat kita harus menjangkau hold atau crack yang cukup jauh. Pada situasi seperti ini bergeraklah dengan hati-hati. Pastikan bahwa pijakan dan pegangan sudah mantap.
Pemula lebih cenderung mempergunakan kekuatan tangan untuk memanjat tanpa memperhatikan penting nya penempatan kaki. Meskipun kaki tetap berpijak tetapi biasanya "ngambang". Apalagi jika pijakannya kecil. Hal ini disebabkan ketidak yakinan untuk berpijak. Akibat hal ini, tangan cepat kehabisan tenaga.
Yang penting untuk diperhatikan oleh para pemula pada waktu memanjat ialah bagaimana menempatkan kaki, pegangan dan menjaga keseimbangan agar kelelahan pada tangan dapat teratasi.
Dalam pemanjatan terdapat bermacam-macam teknik yang lazim dipergunakan dalam menghadapi medan tertentu, yaitu:
Handholds

Pegangan terbaik bagi pemanjat, jika keseluruhan jaritangannya dapat berpegang. Pegangan semacam Ini disebut handhold atau jug handle. Pegangan semacam ini
menambah keyakinan si pemanjat untuk bergerak lebih lanjut. Memang bisa dikatakan pegangan semacam inilah yang merupakan "surga" bagi pemanjat tebing.
Fingerholds

Pinchgrip
Pada suatu ketika akan ditemui jenis pegangan yang untuk memegangnya harus "mencubit" dengan menekankan jari-jari dan ibu jari pada arah yang berlawanan.
Biasanya pinchgrip berada pada posisi miring dan vertikal.
Undercling
Dasar teknik ini, tekanan tangan dan kaki pada arah yang berlawanan. Tangan berpegang pada "bibir" crack atau tonjolan batu yang menghadap ke bawah dengan tarikan ke atas. Sementara itu kaki menekan dengan mantap di dinding tebing. Akibat tarikan tangan yang memberi gay a ke atas kaki dapat tertekan ke dinding tebing. Untuk bergerak lebih lanjut, jaga agar posisi ini tetap mantap sebelum tangan yang satu dilepas untuk mencari pegangan yang lain.
Yang perlu diperhatikan pada posisi ini, ialah titik keseimbangan. Usahakan sedemikian hingga titik keseimbangan tetap terkontrol meskipun hanya dengan satu tangan yang memberi gaya tarikan.


Jamming
Pada tebing-tebing batu sering dijumpai crack yang terlalu lebar untuk dapat dipakai sebagai pijakan atau pegangan. Untuk mengatasi crack semacam ini dipergunakan teknik khusus yang disebut jamming. Dasar teknik ini dibagi dua: jepitan tangan (hand jam) dan jepitan kaki (foot jam). Dengan cara menempatkan kaki atau tangan ke dalam crack agar terjepit, maka akan timbul gaya gesekan antara kaki atau tangan dengan tebing. Cara menempatkan kaki atau tangan tergantung pada kondisi crock itu sendiri.


Layback

Gerakan kaki dan tangan harus berirama. Artinya, gerakan hanya satu per satu dan kompak. Jika tangan bergerak, maka yang lain tetap di tempat. Setelah tangan mantap berpegang, satu per satu kaki digerakkan keatas.
Meskipun teknik ini menguras tenaga, namun suatu saat akan diperlukan. Untuk itu latihlah teknik layback ini. Tidak harus di tebing, di pagar besipun bisa dilakukan. Dan kalau diteliti dengan cermat, sesungguhnya banyak sarana dapat kita pergunakan untuk berlatih. Baik itu di rumah, di gedung sekolah maupun di cabang pohon, cabang yang kuat. Hilangkan kebiasaan menuntut fasilitas yang sempurna untuk latihan. Yang terpenting ialah semangat.
Chimney

mudah, pelajarilah gambar di disamping.

PANJAT TEBING 1
PANJAT TEBING - INTRODUKSI
Olah raga memanjat tebing sebenarnya merupakan bagian dari Mountaineering yang majemuk. Namun demikian pada masa sekarang, belum ada sumber yang menyebutkan kapan dimulai, panjat tebing seolah-olah berdiri sendiri. Terlepas dari Mountaineering. Maka muncullah para tokoh yang menspesialisasikan pada kegiatan memanjat tebing semata, antara lain, Patrick Edlinger dari Perancis, ataupun Royal Robins dari Amerika, dan banyak lagi lainnya.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan Mountaineering harus pula bisa memanjat tebing. Tetapi, seorang pemanjat tebing tidak harus menginjakkan kakinya di puncak gunung. Memang agak sulit menerima pendapat ini. Apalagi sekarang ini, orientasi pemanjat tebing bukan hanya lintasan yang sulit namun sudah berorientasi ke puncak gunung yang bertebing. Maka sebaiknya hal ini tidak usah dipermasalahkan. Yang jelas, olah raga panjat tebing terus berkembang sebagai olah raga "mahal", karena nyawa sebagai taruhannya, yang bisa dilakukan sendiri ataupun bagian dari Mountaineering.
Dalam olah raga ini, penemuan lintasan baru merupakan buah penemuan yang patut dihargai. Tanpa harus mempersoalkan sulit atau tidaknya lintasan yang ditemukan. Walaupun secara umum lintasan baru itu dianggap mudah, namun terdapat perbedaan yang menyolok sekali antara si pemanjat yang sedang menyabung nyawa di lintasan itu dengan orang lain yang memberikan penilaian terhadap lintasan itu sambil duduk santai di warung kopi ataupun di teras rumah.
Seperti halnya olah raga lain yang berbahaya maka pada diri seorang pemanjat tebing juga dituntut keberanaian, ketelitian, kemampuan berpikir, dan bertindak dalam pada saat kritis, kekuatan fisik yang baik, dan penguasaan terhadap teknik yang benar. Tanpa semua aspek tersebut maka pemanjatan tebing merupakan arena "bunuh diri" semata.
Betapa bahagianya seorang pemanjat tebing yang berhasil melewati lintasan tanpa mendapat cidera sedikitpun. Barangkali, kebahagiaan ini bisa dianalogikan dengan kebahagiaan penerjun payung yang berhasil membuka payung dan menginjak bumi kembali pada sasaran.
PANJAT TEBING - LATIHAN FISIK
Pada prinsipnya olah raga memanjat tebing (rock climbing), olah raga yang menuntut kekuatan dan ketahanan otot tubuh. Selain itu, faktor lain ialah keberanian, ketenangan, kelenturan tubuh, dan teknik yang benar. Memanjat tebing melibatkan hampir seluruh otot tubuh. Mulai dari otot jari, otot lengan, otot punggung, otot perut, sampai otot kaki.Untuk melatih seluruh otot tubuh dan mempertinggi daya tahan, diperlukan program latihan yang teratur dan berkesinambungan. Dengan program ini diharapkan kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance) atlet pemanjat (climber) bertambah baik secara bertahap.
Salah satu cara terbaik untuk menambah kekuatan dan daya tahan yang biasa dilakukan oleh atlet pemanjat tebing ialah berlatih lari teratur dengan menerapkan program latihan yang telah disusun. Penulis mempunyai suatu program latihan yang hasilnya cukup memadai dan pernah diterapkan ketika mempersiapkan pendakian pegunungan Alpen yang pertama, 1985, dan yang kedua, 1986. Secara teratur penulis latihan lari pada siang hari dengan jarak yang bervariasi.
Mengapa siang hari? Pada siang hari lapisan udara dipermukaan tanah ataupun jalan aspal menjadi lebih renggang dibandingkan dengan lapisan udara diatasnya akibat sinar matahari. Ini berarti kadar oksigen juga menipis. Keadaan ini sama dengan keadaan di gunung yang tinggi. Pada gunung yang tinggi sering kali diperlukan tabung oksigen untuk membantu pernapasan.
Dengan berlatih siang hari maka paru-paru akan dipaksa bekerja lebih keras menghisap udara berkadar oksigen rendah. Pemaksaan ini menyebabkan kemampuan paru-paru dalam menghisap udara semakin besar. Peningkatan kemampuan paru-paru berpengaruh terhadap daya tahan organ tubuh manusia. Semakin banyak kadar oksigen dapat dihisap dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui proses pembakaran, semakin baik daya tahan tubuh seseorang.
Tabel Program Latihan Lari
Jarak (meter) | Waktu (menit) | Frekuensi/Minggu |
1600 | 8.30 - 9.30 | 1x |
2400 | 12.00 - 13.00 | 1x |
3200 | 17.00 - 18.00 | 1x |
Mengingat olah raga ini menuntut kekuatan otot tubuh, terutama tangan, maka selain berlatih lari juga diperlukan latihan memperkuat otot. Caranya ialah dengan latihan beban (weight training). Latihan beban dapat dilakukan dengan dua cara :
1. memanfaatkan berat tubuh sendiri seperti pull-up, push-up, dan bergelantungan dengan kedua tangan.
2. dengan bantuan peralatan seperti barbel dan dambel.
Untuk lebih mudahnya, ikuti petunjuk latihan beban dibawah ini yang disusun dalam satu seri latihan dengan selang istirahat 2 menit untuk setiap jenis latihan yang dilakukan. Diharapkan, setelah menjalankan program ini selama beberapa waktu, jarak istirahat semakin diperpendek. Dan latihan dapat dilakukan lebih dari dua seri, sampai akhjirnya kemampuan tangan dalam menahan beban semakin besar.
Program latihan bagi para pemula
jenis latihan | banyaknya | selang istirahat |
pull-up | 5x | 2 menit |
push-up | 10x | 2 menit |
sit-up | 10x | 2 menit |
Setelah merasa mampu, tingkatkan latihan beban dengan cara mempersingkat selang istirahat dan memperbanyak tiap jenis latihan. Kemudian buatlah beban untuk latihan pull-up. Beban ini bisa diuat dari pasir yang dimasukkan ke kantong atau besi pemberat yang diketahui beratnya.Gantungkan dengan tali ke tubuh setiap kali latihan pull-up. Guna latihan ini untuk melatih kemampuan otot tangan dalam mengangkat beban berat. Latihan dilakukan bertahap dengan berat beban yang semakin bertambah.






Selain lari dan latihan beban, ada sebuah metode latihan yang efektif yaitu dengan membuat tebing tiruan dari batu yang ditempelkan pada dinding ataupun dengan melubangi dinding. Inilah yang disebut dengan Climbing Wall, memanjat tembok.
Climbing Wall merupakan sarana latihan yang mudah dibuat dan bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menambah kekuatan otot, daya tahan, dan meningkatkan ketrampilan pemanjat tebing. Dengan Climbing Wall seseorang dapat meningkatkan frekuensi berlatihnya mengingat Climbing Wall dapat dibuat di sembarang dinding. Baik dinding kamar ataupun dinding pagar.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat Climbing Wall, yaitu penempatan batu dan lubang pada dinding. Hendaknya diusahakan agar Climbing Wall yang dibuat tidak hanya melatih satu gerak memanjat yang monoton. Variasi penempatan batu dan lubang akan lebih terasa manfaatnya.
Meskipun frekuensi berlatih di Climbing Wall tinggi namun jangan lupa bahwa cara terbaik untuk memanjat tebing ialah memanjat tebing yang sesungguhnya.Climbing Wall ganya berperan sebagai penunjang. Kesulitan yang didapat di Climbing Wall dapat diatur menurut selera pembuat tentu berlainan dengan kesulitan di tebing yang sesungguhnya.
DASAR MEMANJAT TEBING
Sebagian orang berpendapat bahwa kaki merupakan titik utama yang harus diperhatikan dalam memanjat tebing. Sebagai contoh, ketika menaiki anak tangga yang disandarkan di dinding dengan posisi miring. Disini kedua tangan boleh dikatakan hanya berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh. Posisi ini membuat kedua tangan tidak menerima beban berat tubuh.
Jika kekuatan kedua tangan dipergunakan untuk menaiki anak tangga, artinya memberi beban pada keduatangan tanpa peduli akan tumpuan kedua kaki di anaktangga yang sudah stabil, maka dalam jarak yang tidakterlalu jauh tenaga akan terkuras habis dan tangan menjadi tegang.
Sebagian orang berpendapat bahwa kaki merupakan titik utama yang harus diperhatikan dalam memanjat tebing. Sebagai contoh, ketika menaiki anak tangga yang disandarkan di dinding dengan posisi miring. Disini kedua tangan boleh dikatakan hanya berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh. Posisi ini membuat kedua tangan tidak menerima beban berat tubuh.
Jika kekuatan kedua tangan dipergunakan untuk menaiki anak tangga, artinya memberi beban pada keduatangan tanpa peduli akan tumpuan kedua kaki di anaktangga yang sudah stabil, maka dalam jarak yang tidakterlalu jauh tenaga akan terkuras habis dan tangan menjadi tegang.

Batasi penggunaan tangan hanya untuk pengatur keseimbangan tubuh. Kecuali pada tempat tertentu yang menuntut kekuatan tangan semata. Penempatan kaki yang baik bukan saja menghemat tenaga, tapi juga menjadikan gerakan si pemanjat lebih indah dipandang mata.

Pada waktu berlatih, pelajarilah cara penempatan kaki pada hold dan crack (rekahan di permukaan tebing). Pertimbangan pertama dalam hat penempatan kaki adalah gerakan selanjutnya. Penempatan kaki yang "pas" akan membantu keseimbangan dan memantapkan ge rakan selanjutnya. Pertimbangan kedua, melalui insting sehingga kita dapat bergerak dengan alami dari hold dan crack yang satu ke yang lain. Gerakan insting ini hanya dapat terangkai dengan baik apabila dilatih terus-menerus dan teratur.
Jika kebetulan menemui hold yang tipis dan tajam seperti sisi meja, pergunakan sisi sepatu teristimewa jika mempergunakan sepatu khusus panjat tebing sehingga kontak antara kaki dan tebing semakin banyak. Dengan cara ini pula kaki akan lebih rapat ke tebing. Dalam ke-
adaan ini kecenderungan kaki untuk menekuk pada gerakan selanjutnya berkurang sehingga memperkecil kemungkinan terpeleset.
Pada tempat yang membulat dan miring (rounded), usahakan agar tumit tetap rendah dan. di bawah horisontal hold semacam itu. Posisi ini akan membuat pijakan semakin mantap dan subil karena gaya gesek tapak sepatu menjadi maksimal. Untuk itu, latihlah tumit dengan cara berjingkat-jingkat atau membengkok-bengkokkannya.
Cara berpijak pada hold yang miring

Pemula cenderung meraih hold atau crack yang terlalu jauh dan di luar jangkauan normal, akibatnya ia harus "ngotot" dan mengeluarkan banyak tenaga. Tidak jarang keseimbangan menjadi terganggu. Jika kaki atau tangan digerakkan terlalu jauh bukan tidak mungkin titik keseimbangan tergeser, karena tumit ikut terangkat.Akibat lebih jauh dati tergesernya keseimbangan, terpaksa "terjun" bebas ke bawah.

Bagi pemula meraih pegangan yang terlalu jauh bisa berakibat fatal
Seorang pemanjat yang baik dapat diibaratkan gerakannya sebagai gerakan seekor kucing tanpa bersuara dan cekatan.Jika kita sudah mampu Inelakukan itu, hal ini berarti sudah melakukan hal yang benar. Untuk bergerak seperti itu, pilihlah hold dengan hati-hati. Kemudian tempatkan kaki dan tangan pada posisi yang benar serta mantap, tanpa menimbulkan suara berisik, tanpa kegaduhan, dan tanpa melakukan gerakan yang tidak perlu.
Ada "aksioma" yang berlaku dalam olahraga panjat tebing, yaitu "tiga kuat satu mencari". Tiga dimaksudkan sebagai tumpuan yang kuat di tebing dan satu sebagai pencari tumpuan. Dua tangan berpegang kuat dan mantap, satu kaki berpijak dengan mantap pula. Posisi seperti ini memungkinkan satu kaki yang lain bergerak untuk mencari pijakan. Untuk memindah kan tangan, maka dua kaki berpijak dengan mantap dan satu tangan berpegang kuat. Begitulah seterusnya.
Sebelum bergerak, pastikan bahwa posisi sudah mantap. Pada posisi seperti ini jika salah satu pijakan atau pegangan terlepas oleh suatu hal, keseimbangan tubuh masih terjaga kecuali jika posisinya "dua kaki satu tangan", maka pegangan terlepas, akan mengakibatkan kecelakaan. Ini penting diperhatikan karena pemula sering membua( gerakan yang tidak perlu, sehingga kehilangan keseimbangan dan bisa berakibat fatal.
Untuk melatih agar trampil ddlam mempergunakan tangan dan kaki, berlatihlah di slab atau di tebing yang banyak terdapat crack, meskipun crack dan hold yang kita jumpai hanya cukup untuk menempatkan ujung sepatu.
Bicara tentang jenis pegangan dan pijakan, maka crack merupakan jenis yang terbaik buat pemanjat tebing. Crack bisa terjadi pada permukaan tebing karena proses alami. Crack yang terjadi bisa miring, horisontal dan vertikal. Namun demikian, kesulitan dapat terjadi pada waktu mempergunakan crack sebagai pijakan. Kaki yang terjepit sukar dilepaskan dari crack ketika akan bergerak naik atau menyamping (traverse). Apalagi jika crack itu miring dan sepatu terjepit dengan keras oleh gerakan kita di crack. Untuk itu penempatan kaki pada crack perlu diperhitungkan dengan cermat.
Teknik Menuruni TebingSeorang pemanjat yang baik dapat diibaratkan gerakannya sebagai gerakan seekor kucing tanpa bersuara dan cekatan.Jika kita sudah mampu Inelakukan itu, hal ini berarti sudah melakukan hal yang benar. Untuk bergerak seperti itu, pilihlah hold dengan hati-hati. Kemudian tempatkan kaki dan tangan pada posisi yang benar serta mantap, tanpa menimbulkan suara berisik, tanpa kegaduhan, dan tanpa melakukan gerakan yang tidak perlu.
Ada "aksioma" yang berlaku dalam olahraga panjat tebing, yaitu "tiga kuat satu mencari". Tiga dimaksudkan sebagai tumpuan yang kuat di tebing dan satu sebagai pencari tumpuan. Dua tangan berpegang kuat dan mantap, satu kaki berpijak dengan mantap pula. Posisi seperti ini memungkinkan satu kaki yang lain bergerak untuk mencari pijakan. Untuk memindah kan tangan, maka dua kaki berpijak dengan mantap dan satu tangan berpegang kuat. Begitulah seterusnya.
Sebelum bergerak, pastikan bahwa posisi sudah mantap. Pada posisi seperti ini jika salah satu pijakan atau pegangan terlepas oleh suatu hal, keseimbangan tubuh masih terjaga kecuali jika posisinya "dua kaki satu tangan", maka pegangan terlepas, akan mengakibatkan kecelakaan. Ini penting diperhatikan karena pemula sering membua( gerakan yang tidak perlu, sehingga kehilangan keseimbangan dan bisa berakibat fatal.
Untuk melatih agar trampil ddlam mempergunakan tangan dan kaki, berlatihlah di slab atau di tebing yang banyak terdapat crack, meskipun crack dan hold yang kita jumpai hanya cukup untuk menempatkan ujung sepatu.
Bicara tentang jenis pegangan dan pijakan, maka crack merupakan jenis yang terbaik buat pemanjat tebing. Crack bisa terjadi pada permukaan tebing karena proses alami. Crack yang terjadi bisa miring, horisontal dan vertikal. Namun demikian, kesulitan dapat terjadi pada waktu mempergunakan crack sebagai pijakan. Kaki yang terjepit sukar dilepaskan dari crack ketika akan bergerak naik atau menyamping (traverse). Apalagi jika crack itu miring dan sepatu terjepit dengan keras oleh gerakan kita di crack. Untuk itu penempatan kaki pada crack perlu diperhitungkan dengan cermat.

Untuk dapat menuruni tebing, posisi tubuh harus dijaga agar tetap seimbang. Agar lebih mudah, bergeraklah ke samping. jangan tegak lurus, sebab akan sulit melihat hold atau crack di bawah kita. Gerakan menyamping ini lebih aman daripada langsung ke bawah meskipun kadang-kadang sulit untuk menempatkan kaki pada hold atau crack. Apalagi jika tebing cukup curam.

PERJALANAN / PENDAKIAN
PERJALANAN / PENDAKIAN
Mendaki gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar, berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua). Mereka adalah Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta Fred Atabe dari Jepang. Pada tahun yang sama, perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung mulai lahir, dimulai dengan berdirinya perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI di Bandung dan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) di Jakarta, diikuti kemudian oleh perkumpulan-perkumpulan lainnya di berbagai kota di Indonesia.
JENIS PERJALANAN / PENDAKIAN
Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan.
Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering terbagi menjadi tiga bagian :
1. Hill Walking / Fell Walking
Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan khusus yang bersifat teknis.
2. Scrambling
Pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak begitu terjal atau relatif landai, kadang-kadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya dipasang tali untuk pengaman jalur di lintasan.
3. Climbing
Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik khusus. Peralatan teknis diperlukan sebagai pengaman. Climbing umumnya tidak memakan waktu lebih dari satu hari.
Bentuk kegiatan climbing ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Rock Climbing
Pendakian pada tebing-tebing batu yang membutuhkan teknik pemanjatan dengan menggunakan peralatan khusus.
b. Snow & Ice climbing
Pendakian pada es dan salju.
4. Mountaineering
Merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian di atas. Waktunya bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping harus menguasai teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dll.
KLASIFIKASI PENDAKIAN
Tingkat kesulitan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung dari pengembangan teknik-teknik terbaru. Mereka yang sering berlatih akan memiliki tingkat kesulitan / grade yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang baru berlatih.
Klasifikasi pendakian berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi (berdasarkan Sierra Club) :
Kelas 1 : berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki khusus (walking).
Kelas 2 : medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu keseimbangan sangat dibutuhkan (scrambling).
Kelas 3 : medan semakin sulit, sehingga dibutuhkan teknik pendakian tertentu, tetapi tali pengaman belum diperlukan (climbing).
Kelas 4 : kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan piton untuk anchor/penambat (exposed climbing).
Kelas 5 : rute yang dilalui sulit, namun peralatan (tali, sling, piton dll), masih berfungsi sebagai alat pengaman (difficult free climbing).
Kelas 6 : tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah rongga atau gaya geser yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aid climbing).
SISTEM PENDAKIAN
1. Himalayan System, adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp, dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan berhasil.
2. Alpine System, adalah sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.
PERSIAPAN BAGI SEORANG PENDAKI GUNUNG
Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain :
1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
2. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.
3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.
4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.
12 KEBIASAAN DARI BEBERAPA SURVIVOR YANG SUKSES
12 KEBIASAAN DARI BEBERAPA SURVIVOR YANG SUKSES
Dalam suatu krisis, beberapa orang akan terbebani. Sebagian ada yang menyerah untuk berharap, mengapa? Laurence Gonzales mempelajari ratusan dari kasus-kasus yang menunjukkan sesuatu dengan tepat mengenai sikap dan strategi dari beberapa orang yang menolak untuk mati.
Saya telah mempelajari beberapa kecelakaan selama kurang lebih 30 tahun. Pertama, sebagai pilot yang juga wartawan, saya berkonsentrasi pada kecelakaan pesawat terbang. Kemudian, ketika ketertarikan saya beralih pada paddling, climbing dan travelling ke tempat-tempat terpencil, saya mulai mempelajari beberapa kecelakaan yang terjadi pada kegiatan alam terbuka. Silahkan Anda sebut saya sebagai orang yang tidak berperasaan, tetapi bagi saya membaca laporan kecelakaan-kecelakaan tersebut seperti membaca komedi bisu (bisu, karena orang-orangnya sebagian besar meninggal).
Saya mencari pengertian mengapa beberapa orang meninggal dengan cepatnya dalam keadaan survive ini. Secara mengejutkan, saya menemukan kengerian yang sama pada beberapa orang yang bertahan hidup dalam keadaan sulit yang sangat ekstrim, kasus-kasus ini saya sebut “deep survival.”
Pada dasawarsa dan beberapa abad, terpisah melalui budaya, geografi, ras, agama dan tradisional, beberapa survivor yang sukses menunjukkan pola yang sama dari pikiran dan tindak tanduk yang mengarah pada transformasi keagamaan yang sama dalam mempertahankan hidup mereka. Satu kali kamu pernah melewati hujan salju, kapalmu karam atau kamu tersesat di hutan atau tanganmu terjepit saat boulder, sebagian besar menyangkut mental, berikut adalah cerita yang berhubungan dengan hal tersebut di atas, sebagian besar adalah kisah sebenarnya yang pernah dialami oleh beberapa survivor yang berhasil kembali dari perjalanan yang hampir membuat mereka mati.
ATURAN PENYELAMATAN DIRI DALAM KEADAAN BERBAHAYA
1. PERCAYA DIRI
Orang yang dapat menyelamatkan diri tidak terjebak pada perangkap ketakutan yang mematikan, yaitu ketakutan yang tidak termobilisasi atau penyangkalan terhadap ketakutan. Banyak orang yang seharusnya selamat dalam tragedi World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 tewas, karena mereka hanya diam dengan patuh untuk menunggu pertolongan dan bukan berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Dan banyak diantara mereka yang dikuasai rasa panik. Panik disini tidak selalu berarti berlari kesana-kemari dengan menjerit-jerit, namun bisa berarti diam dengan tidak melakukan apapun . Para penyelidik kecelakaan pesawat sering menemukan bahwa para penumpang ternyata ditemukan mati dengan keadaan masih terikat erat di tempat duduk mereka. Orang yang dapat menyelamatkan diri sebaliknya menyadari keadaan mereka, “Saya benar-benar dalam keadaan yang membahayakan diri saya dan saya akan berusaha untuk menyelamatkan diri saya.”
Dalam lima menit pertama sejak kecelakaan terjadi, sang korban dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran yang penting. Presepsi dan fungsi kognitif seseorang yang dapat menyelamatkan diri berada dalam tingkat yang tinggi saat ia menghadapi bahaya. Dengan dipacu oleh ancaman atas nyawanya, seseorang yang dapat menyelamatkan diri mengetahui keadaan sekitar mereka sampai ke hal-hal yang terkecil, selain itu merekapun meyakini naluri mereka. Joe Simpson, seorang pemanjat tebing dari Inggris yang baru saja menjejakkan kaki di gunung berketinggian 21.000 kaki di negara Peru, terjatuh dan mengalami patah kaki. Hal pertama yang muncul dalam benaknya adalah mungkin dia hanya keseleo. Tetapi beberapa saat kemudian dia berkata pada dirinya sendiri,”Kakiku patah, aku akan mati.” Orang yang dapat menyelamatkan dirinya tidak menyangkal kebenaran. Hanya dengan menyadari luka yang dia alami, Simpson mampu untuk menjalani tantangan yang mengerikan di hadapannya.
2. TETAP TENANG
Dalam keadaan yang kritis, orang yang dapat menyelamatkan diri tidak dikuasai oleh rasa takut tapi mereka akan memanfaatkan rasa takut tersebut. Rasa takut yang mereka rasakan seringkali berubah menjadi rasa marah yang akan memotivasi mereka dan membuat mereka dapat berpikir dengan cerdik. Aron Ralston, seorang pemanjat gunung yang harus memotong tangannya untuk melepaskan diri dari batu besar yang telah menjepitnya di sebuah lembah celah di Utah, semula menjadi panik dan membantingkan tubuhnya ke batu yang telah menjepit tangannya. Tapi dia segera berhenti melakukan hal tersebut dan menarik nafas panjang untuk kemudian memperhatikan pilihan-pilihan yang dia miliki. Dia menghabiskan waktu hingga lima hari untuk dapat meyakinkan dirinya untuk menentukan apa yang harus dia lakukan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Seseorang yang dapat menyelamatkan dirinya sangat mneyadari bahwa mereka harus tetap tenang. Mereka harus berusaha menghindar dari emosi ingin memberontak yang terlalu meluap-luap.
Dan dengan menghadapi keadaan genting, mereka juga dapat mengatasi penderitaan yang mereka rasakan dengan baik. Dalam buku In Touching The Void, Joe Simpson mengungkapkan penderitaan yang dia hadapi di Peru. Dia menulis bahwa dia dapat “menyesuaikan diri dengan rasa sakit terus menerus yang dia rasakan” yang disebabkan oleh kakinya yang terluka dan patah yang menjadi penghalang baginya untuk dapat menuruni gunung tersebut. James Stockdale, seorang pilot tempur yang ditembak jatuh di Vietnam dan menghabiskan waktu delapan tahun di Hanoi Hilton, julukan bagi camp penjaranya, yakin bahwa “dengan membiasakan diri dengan rasa sakit” adalah alat yang paling penting bagi orang yang dapat menyelamatkan dirinya, “Anda harus mengalami rasa sakit. Tidak boleh ada kata tidak.”
3. BERPIKIR, MENGANALISA, MERENCANAKAN
Orang yang harus menyelamatkan diri dalam jangka panjang dengan cepat akan mengorganisir, menentukan rutinitas yang harus mereka lakukan dan menetapkan disiplin. Dalam kelompok orang-orang yang sedang menyelamatkan diri, akan muncul seorang pemimpin. Seorang yang menyelamatkan diri seorang diri seringkali mengisahkan bahwa mereka mendengar sebuah suara yang mengendalikan situasi mereka. Sementara fenomena mendengar suara dapat mengindikasikan turunnya kondisi mental di dalam kedaan tertentu, hal tersebut juga mudah dijelaskan dalam dua fungsi otak : emosi dan akal. Dalam kasus-kasus tertentu dengan bahaya yang sangat fatal, emosi seringkali mengambil alih. Tapi seorang yang dapat menyelamatkan diri mengesampingkan emosi dan membiarkan akal yang bekerja dan mereka membuat diri mereka menjadi dua pribadi yang berbeda dimana mereka akan melaksanakan ide yang menurut mereka masuk akal.
Steve Callahan, seorang pelaut dan pembuat kapal, sedang dalam pelayaran tunggal di samudera Atlantik di tahun 1982 saat kapalnya tiba-tiba mengalami masalah dan mulai tenggelam. Terombang ambing selama 76 hari di atas sebuah sekoci seluas lima kaki, dia melakukan pelayaran penyelamatan dirinya dengan dipimpin oleh seorang “kapten” yang memberi perintah kepadanya dan menjaganya di saat dia sangat membutuhkan air minum. Bahkan saat dia ingin memberontak. “Kapten”nya dengan rutin melatih “kru” tersebut. Sehingga dalam kendali yang sangat ketat ini dia mampu menyingkirkan pikiran bahwa situasinya tidak mempunyai harapan. Dia harus terombang-ambing sejauh 1800 mil di dataran Karibia dan mengambil langkah-langkah pertama yang harus dilakukan dengan pikiran yang jernih dalam mencapai penyelamatan dirinya, juga menganalisa situasinya dan memformulasikan perencanaan yang akan dia jalani.
4. MENGAMBIL TINDAKAN
Orang yang menyelamatkan diri mau mengambil resiko untuk menyelamatkan diri mereka dan orang lainnya. Namun mereka pun berani dan menyadari apa yang akan mereka lakukan.
Callahan tidak mengerti mengapa kapalnya yang kecil tiba-tiba dipenuhi dengan air, mungkin terbentur oleh ikan paus. Tapi saat kapal tersebut mulai tenggelam dia tidak hanya diam memandang kapalnya dengan rasa tidak percaya. Dengan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan diri, dia masuk ke dalam kabin yang gelap dan telah dipenuhi air untuk dapat mengambil barang-barangnya yang berharga. Dia muncul kembali dengan membawa “tas alat-alat darurat” berisi survival gear dan sleeping bag nya yang basah, dimana jika tanpa alat-alat tersebut dia tidak dapat menyelamatkan dirinya.
Lauren Elder, adalah satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di dataran tinggi Sierra, California. Terdampar di puncak dengan ketinggian 12.000 kaki, dengan satu lengan yang patah, dia dapat melihat lembah Saint Joaquin di bawahnya, tapi dia terpisah oleh alam liar yang luas dan tebing es yang menyeramkan.
Dengan hanya mengenakan rok panjang, sebuah kemeja, dan sepatu boot dengan hak setinggi dua inci, dia merangkak “dengan kedua tangan dan kakinya” seperti yang dia katakan kemudian, ”menjaga keseimbangan di antara lempengan es, meninju dengan tangan dan kakinya.”
Dia harus memanjat tebing selama 36 jam, suatu hal yang tampak mustahil baginya. Namun Elder hanya memikirkan batu yang didepannya selangkah demi selangkah. Orang yang dapat menyelamatkan dirinya dapat memecahkan apa yang mereka lakukan setahap demi setahap sesuai dengan apa yang dapat mereka lakukan.
Merekapun terobsesi untuk dapat melakukannya dengan baik (Elder selalu menguji terlebih dahulu setiap pijakan yang akan dia lewati sebelum dia melangkah maju dan sering mengambil waktu untuk beristirahat. Orang yang dapat menyelamatkan diri berusaha hanya membuat sedikit kekeliruan. Mereka hanya melakukan apa yang sesuai dengan kekuatan mereka dalam waktu tertentu dari jam ke jam dari waktu ke waktu.
5. RAYAKAN KEBERHASILAN ANDA
Orang yang dapat menyelamatkan diri akan mendapatkan sukacita yang luar biasa dengan pencapaian yang mereka raih, sekecil apapun itu. Hal tersebut dapat menghindarkan mereka dari rasa putus asa yang mematikan dan menjaga mereka untuk terus termotivasi. Sukacita juga melepaskan diri mereka dari stuasi yang mengancam yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Elder berkata bahwa saat telah berhasil menuruni lereng es pertama, dia memandang ke atas lereng tersebut dan hampir tidak percaya atas apa yang telah dia lakukan, dia berkata pada dirinya sendiri, ”Lihat apa yang telah kamu lakukan.” Saya berseru keras hingga terdengar hingga ke lereng di bawah saya. Bahkan dengan lengannya yang patah, Elder merasakan rasa senang yang luar biasa menjadi teman setianya dalam perjalanannya untuk menyelamatkan dirinya. Hitunglah apa yang kamu miliki, kamu masih tetap hidup.
6. JADILAH ORANG YANG MENYELAMATKAN BUKAN MENJADI KORBAN
Orang yang menyelamatkan diri selalu melakukan hal yang sama bagi orang lain, bahkan jika orang tersebut berada ratusan mil jauhnya. Saat penulis Antone de Saint Exupery terdampar di gurun Libya setelah pesawat ekspedisinya mengalami kerusakan mesin, dia memikirkan apa yang akan terjadi dengan istrinya jika dia menyerah dan tidak kembali.
Yossi Ghinsberg seorang pendaki gunung kebangsaan Israel, tersesat di hutan Bolivia lebih dari dua minggu setelah terpisah dengan teman-temannya. Dia berhalusinasi bahwa dia ditemani seorang wanita cantik yang selalu menemaninya setiap malam dalam perjalanannya. Apapun yang dia lakukan, dia lakukan bagi wanita tersebut.
7. MENIKMATI PERJALANAN UNTUK MENYELAMATKAN DIRI
Nampaknya hal ini bertolak belakang dengan keadaan yang ada, namun dalam situasi yang paling sulitpun, orang yang dapat menyelamatkan dirinya menemukan sesuatu yang dapat dinikmati, sesuatu yang dapat dia lakukan. Penyelamatan diri dapat berarti penantian yang membosankan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Elder tertawa terbahak-bahak saat dia menyadari betapa dia takut bahwa seseorang akan melihat ke dalam roknya saat dia memanjat tebing. Bahkan saat kapal Callahan tenggelam, dia hanya berhenti tertawa saat dia harus menyelipkan pisau di mulutnya saat harus menaiki rakit seperti seorang bajak laut.
Uji coba yang dilakukan dengan bermain dalam kedaan yang genting juga akan menghasilkan penemuan dan penemuan akan menghasilkan teknik atau strategi yang baru yang akan menyelamatkan anda. Saat melewati tebing yang hampir vertikal di Peru, Joe simpson menciptakan irama saat dia mengayunkan kapaknya, menjatuhkan tangannya yang lain ke atas permukaan es dan lalu melakukan lompatan yang mengerikan dengan kakinya yang masih sehat. “Saya dengan cermat terus mengulang pola irama tersebut,” tulisnya, “Saya mulai merasa terlepas dari keadaan di sekeliling saya.”
Menyanyi, membayangkan permainan, mengingat puisi, menghitung dan mencoba menemukan solusi matematika yang sulit, akan membuang rasa jenuh karena menunggu dan akan membuat situasi jadi lebih menyenangkan, bahkan saat ada rasa takut yang mengancamnya. Di dalam penjaranya, James Stockdale menulis, ”Orang yang melewati tragedi seperti ini dengan banyak puisi yang dapat diingat adalah orang yang mempunyai karunia.”
Orang yang dapat menyelamatkan diri mengatur masa kritis yang dia alami hampir seperti seorang olahragawan dengan olahraga yang dia tekuni. Mereka terikat pada jimat-jimat. Mereka menemukan hal yang hanya dirasakan oleh seorang yang ahli, “zona” dimana emosi dan akal saling seimbang untuk menghasilkan satu tindakan yang dapat berubah-rubah.
8. MELIHAT KEINDAHAN
Orang yang menyelamatkan diri terpesona dengan keajaiban dunia mereka, khususnya saat menghadapi bahaya kematian. Ungkapan kekaguman akan keindahan, perasaan terpesona, membuka kesadaran akan keadaan di sekitar mereka (saat anda terpesona oleh sesuatu yang indah, pupil mata anda akan membesar). Debbie Kiley dan empat orang lainnya terombang ambing di lautan Atlantik, setelah kapal mereka tenggelam dalam badai pada tahun 1982. Mereka tidak mempunyai persediaan makanan, tidak mempunyai air minum dan dapat saja mati. Dua orang diantara mereka meminum air laut dan mulai menjadi gila. Ketika salah seorang dari mereka melompat dari papan ke laut, segera dia dimakan oleh ikan hiu di bawah papan mereka. Kiley merasa jika dia memandang terus ke laut, maka diapun dapat menjadi gila, maka dia berkata pada dirinya sendiri, “Lihat ke langit, disana tampak sangat indah.”
Saat pesawat Saint Exupery terjatuh di gurun, dia menyadari bahwa dia dalam bahaya, namun dia berkata dalam hati : ”Disini kita berada, akan mati, namun kematian tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan yang saya rasakan. Sukacita yang saya dapat dari setengah buah jeruk yang saya genggam adalah sukacita yang terbesar yang pernah saya rasakan.”
9. MENYERAHKAN DIRI
Ya, anda pasti akan mati. Dalam kenyataanya, anda akan mati, semua orang akan mati walaupun mungkin tidak harus hari ini. Di hari ketiga saat dia terjepit di dalam jurang, Ralston telah kehabisan makanan dan air minum dan dia tahu bahwa dia akan mati jika dia tidak dapat melepaskan dirinya. Namun hal tersebut membawanya menjadi tenang bukan menjadi merasa menderita. “Saya menerima kematian dengan rasa damai,” katanya. Dalam berbagai cara, fase perjalanan penyelamatan bersama berhubungan dengan tahap-tahap kematian dijelaskan dalam buku yang terkenal on Death and Dying (Dalam Menghadapi Kematian) ditulis oleh Elizabeth Kublerloss adalah penyangkalan, kemarahan, penawaran, depresi, dan penerimaan. Hanya dengan menerima kematian, banyak orang yang menyelamatkan diri mengatakan bahwa mereka mampu untuk berjuang dan bertahan hidup. Salah seorang psikolog dalam hal penyelamatan diri menyebutkan “Menyerahkan tanpa menyerah. Penyelamatan diri dilakukan oleh orang yang menyerahkan diri.”
10. YAKIN BAHWA ANDA AKAN BERHASIL
Dalam perjalanan tahap selanjutnya, orang yang menyelamatkan diri mendapat semangat dari keyakinan bahwa dia akan selamat. “Selama dua hari berakhir pada saat saya terjepit di jurang,” kenang Aron Ralston, “Saya merasa sebuah energi yang sangat meningkat memasuki diri saya walaupun waktu itu saya telah kehabisan makanan dan minuman.” Segera setelah itu, dia menemukan kekuatan untuk memotong tangannya yang telah mati. Elder juga menemukan kekuatan ketika waktu terus berjalan : ”Saat itu seolah-olah saya telah mendapatkan energi yang tidak ada batasnya.”
11. LAKUKAN APAPUN YANG PERLU DILAKUKAN
Elder memanjat dan menuruni tebing es dan batu karang tanpa alat-alat dan pengalaman. Simpson menyeret kakinya yang patah sejauh bermil-mil untuk kembali ke posnya. Ralston memotong tangannya sendiri untuk membebaskan dirinya. Orang yang menyelamatkan diri memiliki apa yang disebut para psikolog sebagai pengetahuan-meta: Mereka mengetahui kemampuan mereka, dan tidak merendahkan atau melebih-lebihkannya. Mereka yakin bahwa segala seuatu adalah mungkin dan karena itu mereka harus bertindak.
Mereka seringkali mengucapkan sebuah mantera untuk menolong mereka, saat Yossie Ghinsberg hilang di hutan Bolivia, ia menuliskan,”Ketika saya putus asa, saya membisikkan mantera di telinga saya ”Lelaki sedang beraksi, lelaki sedang beraksi, “ saya tidak tahu darimana saya mendapatkan kata-kata tersebut…saya ulangi terus kata-kata tersebut : ‘Seorang lelaki yang beraksi dapat melakukan apapun yang harus dia lakukan dengan tidak takut dan khawatir.’”
12. TIDAK PERNAH MENYERAH
Saat kantung oksigen Apollo 13 meledak dalam perjalanannya ke bulan pada tahun 1970, tampaknya kru yang ada dalam pesawat itu berada di ambang kematian. Komandan James Lovell memutuskan untuk terus menyampaikan semua data ke pusat kendali bahkan jika pesawat tersebut terbakar dalam perjalanan pulang. Callahan, Elder, Ghinsberg, Kiley, Ralston, Saint Exupery, Simpson, Stockdale –semuanya sama-sama menentukan dan mengetahui kebenaran akhir ini – jika kamu tetap hidup, masih ada yang dapat kamu lakukan.
Orang yang menyelamatkan diri tidak mudah dilemahkan oleh kemunduran. Saat mereka merasa bimbang, mereka akan mendorong diri mereka untuk melakukan sebuah proses dari awal kembali. Mereka menjaga diri mereka untuk tetap bersemangat dengan mengembangkan sebuah alternatif yang diciptakan dari daya ingatan yang kaya, dimana mereka dapat menyelamatkan diri. Mereka melihat kesempatan dalam kesengsaraan. Dalam keadaan yang buruk, orang yang dapat menyelamatkan diri dapat belajar dan menyukai uji coba yang mereka alami. Elder mengatakan, ”Saya tidak akan menjual perjalanan yang saya alami dengan apapun. Bahkan kadang-kadang saya merindukannya. Saya merindukan kejelasan dalam mengetahui dengan tepat apa yang harus saya lakukan selanjutnya.”
Mereka yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya dunia ini, baik itu dalam permainan, bisnis ataupun perang, melalui penyakit atau tragedi akan melakukannya melalui suatu perubahan. Tetapi hal tersebut tidak muncul begitu saja saat dibutuhkan. Hal tersebut muncul dari pengalaman seumur hidup, sikap dan tindakan yang kita lakukan yang membentuk kepribadian seseorang, pusat dimana kekuatan yang dibutuhkan bersumber. Pengalaman penyelamatan diri adalah anugerah yang tidak dapat dibandingkan, dan akan menunjukkan siapa sebenarnya anda.
Langganan:
Postingan (Atom)